Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

5 Tips Menulis Ilmiah bagi Mahasiswa, Mulai dari Masalah Bukan Judul

14 Oktober 2019   18:50 Diperbarui: 14 Oktober 2019   18:52 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang memahami Menulis Ilmiah sebatas mata kuliah atau bahan pembelajaran. Padahal menulis adalah perbuatan. Karena "menulis" berarti perbuatan atau perilaku menuangkan ide atau gagasan secara tertulis. Sedangkan "ilmiah" berarti bersifat ilmiah; memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. 

Maka, Menulis Ilmiah merupakan perilaku dalam menuangkan ide atau gagasan secara tertulis yang memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Antonim "menulis ilmiah" adalah "menulis nonilmiah".

Oleh karena itu, Menulis Ilmiah harus berlandaskan kompetensi. Kompeten dalam menulis, kompeten dalam berpikir ilmiah. Banyak orang belajar Menulis Ilmiah tapi pada akhirnya tetap tidak bisa menulis ilmiah. Karena banyak guru atau dosen Menulis Ilmiah yang hanya mengajarkan materi tapi tidak memberi contoh nyata untuk menulis ilmiah. 

Menulis Ilmiah menjadi gagal ketika para pembelajar tidak mampu menulis ilmiah, ketika pengajar tidak mau dan tidak mampu menjadi contoh dalam menulis ilmiah. Menulis Ilmiah hanya sebatas dipelajari, tetapi tidak dilakukan. Sekali lagi, menulis ilmiah adalah kompetensi.

Adalah fakta, minat dan jumlah tulisan ilmiah di Indonesia masih sangat rendah. Data dari Scientific American Survey (1994) menunjukkan bahwa kontribusi tahunan Scientist dan Scholars Indonesia pada pengetahuan (knowledge), sains, dan teknologi hanya 0,012 persen. Jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Singapura 0,179 persen. 

Apalagi dibandingkan kontribusi ilmuwan di AS yang mencapai 20 persen. Data lain, di Indonesia hanya ada 0,8 artikel per satu juta penduduk, sedangkan di India mencapai 12 artikel per satu juta penduduk. Maka wajar, kemampuan menulis ilmiah di Indonesia berada di posisi terendah dibandingkan negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, atau Thailand.

Maka solusi dalam belajar Menulis Ilmiah, tidak ada yang lain selain menjadikan menulis sebagai kompetensi. Berani dalam menulis ilmiah, gemar dalam menulis ilmaih. Menulis Ilmiah tidak hanya bahan ajar. Tapi harus menjadi perilaku atau kebiasaan dalam menulis ilmiah. 

Caranya sederhana, pembelajar maupun pengajar harus latihan menulis yang serius, terarah, dan sesuai kaidah penulisan ilmiah. Setelah itu, berani untuk mempublikasikannya sehingga bermanfaat bagi pembaca. Menulis Ilmiah harus dilandasi "keteladanan", contoh dan perilaku yang baik dalam menulis ilmiah.

Untuk bisa menulis ilmiah dengan mudah, maka berikut tips yang bisa dicoba bagi pemula yaitu sebagai berikut:
1. Temukan masalah terhadap topik yang akan ditulis. Menulis ilmiahbukan dimulai dari judul tulisan.
2. Masalah berdasarkan pengaman atau pengalaman yang terjadi di lapangan dan dapat dikaji secara ilmiah.
3. Fokus tulisan pada masalah dengan menyajikan dampak dan ko disi yangterjadi serta analisis yang mendalam.
4. Paparkan solusi atas masalah yang dibahas.
5. Simpulkan tulisan ilmiah secara objektif dan jelas.

Patut diketahui, menulis ilmiah merupakan bentuk penyampaian pikiran ilmiah secara tertulis dan harus memenuhi syarat keilmiahan, seperti 1) faktual, 2) logis, dan 3) sistematis. Menulis ilmiah bertumpu pada keterampilan menulis dan cara berpikir ilmiah yang dituangkan ke dalam tulisan. Maka tulisan ilmiah yang baik harus mampu "mendekatkan jarak" antara penulis dan pembaca. Karena itu, Menulis ilmiah mengharuskan terjadinya pemahaman dan penafsiran yang sama antara pembaca dengan isi bacaan.

"Di tengah era informasi yang begitu terbuka, kemampuan menulis mahasiswa sangat penting. Agar kita dapat mencerna setiap informasi dan mampu diantisipasi melalui tulisan yang bersifat ilmiah. Apalagi informasi dan bersifat hoaks yang masif seperti sekarang, tentu hanya bisa dijawab secara ilmiah, berdasar logika dan objektivitas" ujar Syarifudin Yunus, dosen Menulis Ilmiah Unindra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun