Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Balik Viralnya, Negeri di Atas Awan?

24 September 2019   07:34 Diperbarui: 24 September 2019   15:42 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

NEGERI DI ATAS AWAN, mendadak viral

Lagi viral objek wisata baru. Katanya Ada negeri di atas awan. Di Gn. Luhur Desa Citorek Kidul, Cibeber Lebak. Berkunjunglah segera dan nikmatilah. Negeri di atas awan juga ada di Lolai Tana Toraja, B29 Lumajang dan tempat indah lainnya. 

Tentu, itu bukan sekadar keindahan. Tapi lebih dari itu, tanda kebesaran Allah SWT. Karena gak ada yang indah, kalo bukan Allah yang menciptakannya. Lalu kenapa, kita masih lalai apalagi ingkar?

Negeri di atas awan itu hanya simbol. Awan kecil, awan sedang, bahkan awan besar lagi berisi. Terlalu mudah bergerak mengikuti arah mata angin. Tanpa bisa mengendalikan dirinya sendiri. Begitulah di dunia. Bahwa ukuran dan jumlah yang kita miliki sama sekali tidak pantas disombongkan. Karena itu, semu.

Awan pula yang mengajarkan manusia. Bahwa di bumi ini, penuh misteri. Selalu ada awal, dan ada akhir. Kemarin begitu, sekarang begini. Dari ada menjadi tidak ada. Itu semua proses. 

Awan pun berproses membentuk dirinya. Hingga si awan bersatu dan membesar. Lalu hancur menjadi rintik-rintik hujan. Atau luluh lantak diterjang teriknya sinar matahari. 

Persis seperti manusia; semuanya berawal dari proses. Gak bisa apa-apa, belajar dan jadi apa-apa. Tapi akhirnya, tetap akan hancur dan hilang pada waktunya.

Persis seperti awan. Manusia pun begitu. Dia boleh mau jadi apa saja. Bahkan ngapain saja. Hingga besar dan berisi. Tapi bila waktunya tiba, semua lenyap dan hilang ditelan bumi. Lalu, nikmat Allah SWT yang nama lagi yang kita dustakan?

Sungguh, negeri di atas awan. Ada makna; segelap-gelap awan pasti dapat ditembus sinar matahari. Seterang-terangnya bulan pun, akan redup pula. Maka tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, karena semua sudah menjadi kehendak-Nya ... Tabik #TGS #NegeriDiAtasAwan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun