Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kenapa Mahasiswa Harus Jadikan Menulis Ilmiah sebagai Perilaku?

28 Agustus 2019   07:38 Diperbarui: 28 Agustus 2019   11:28 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Maka,  Menulis Ilmiah merupakan perilaku dalam menuangkan ide atau gagasan secara tertulis yang memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Antonim "menulis ilmiah" adalah "menulis nonilmiah".

Oleh karena itu, Menulis Ilmiah harus dijadikan perilaku. Bila perilaku-nya ada maka akan menjadi terbiasa atau kebiasaan. Bila sudah terbiasa maka menjadi kompetensi. Kompeten dalam menulis, kompeten dalam berpikir ilmiah. Tapi sayangnya, banyak mahasiswa belajar "Menulis Ilmiah" tapi pada akhirnya tetap tidak bisa menulis ilmiah. 

Mungkin, itu semua terjadi karena banyak guru atau dosen yang hanya mengajarkan materi tapi tidak memberi contoh nyata untuk menulis ilmiah. Tentu, menulis ilmiah menjadi gagal ketika mahasiswa tidak mampu menulis ilmiah. Ketika guru atau dosen tidak mau dan tidak mampu menjadi contoh dalam menulis ilmiah. Menulis Ilmiah hanya sebatas dipelajari, tetapi tidak dilakukan. Maka jadikan menulis ilmiah sebagai perilaku.

Adalah fakta, minat dan jumlah tulisan ilmiah di Indonesia masih sangat rendah. Data dari Scientific American Survey (1994) menunjukkan bahwa kontribusi tahunan Scientist dan Scholars Indonesia pada pengetahuan (knowledge), sains, dan teknologi hanya 0,012 persen. Jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Singapura 0,179 persen. Apalagi dibandingkan kontribusi ilmuwan di AS yang mencapai 20 persen. 

Data lain, di Indonesia hanya ada 0,8 artikel per satu juta penduduk, sedangkan di India mencapai 12 artikel per satu juta penduduk. Maka wajar, kemampuan menulis ilmiah di Indonesia berada di posisi terendah dibandingkan negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, atau Thailand.

Maka solusi untuk "menghidupkan" tradisi menulis ilmiah harus dimulai dari mahasiswa. Mahasiswa pun harus berani menjadikan menulis ilmiah sebagai perilaku.  

Bila perlu, menulis ilmiah dijadikan sebagai "gaya hidup". Kapanpun dan di manapun, harus menulis. Berani menulis, gemar menulis, dan berperilaku menulis. Karena menulis bukanlah bakat tapi minat dan keberanian.

Menulis ilmiah adalah perilaku. Caranya sederhana, setiap mahasiswa harus latihan menulis yang serius, terarah, dan sesuai kaidah penulisan ilmiah. Setelah itu, berani untuk mempublikasikannya sehingga bermanfaat bagi pembaca. Menulis Ilmiah harus dilandasi "keteladanan", contoh dan perilaku yang baik dalam menulis ilmiah.

"Di tengah era informasi yang begitu terbuka, kemampuan menulis mahasiswa sangat penting. Agar kita dapat mencerna setiap informasi dan mampu diantisipasi melalui tulisan yang bersifat ilmiah. Apalagi informasi dan berita hoaks yang massif seperti sekarang, tentu hanya bisa dijawab secara ilmiah, berdasar logika dan objektivitas" tambah Syarifudin Yunus yang saat ini tengah studi S3 Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Unpak.

Patut diketahui, menulis ilmiah merupakan bentuk penyampaian pikiran ilmiah secara tertulis dan harus memenuhi syarat keilmiahan, seperti 1) faktual, 2) logis, 3) objektif, dan 4) sistematis. 

Menulis ilmiah bertumpu pada keterampilan menulis dan cara berpikir ilmiah yang dituangkan ke dalam tulisan. Maka tulisan ilmiah yang baik harus mampu "mendekatkan jarak" antara penulis dan pembaca. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun