Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengutuk Byar Pet PLN: Hidup Itu Ada Gelap Ada Terang

5 Agustus 2019   08:32 Diperbarui: 5 Agustus 2019   15:04 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiba-tiba kemarin, PLN biarpet -- mati listrik. Mati lampu total se-Jawa tanpa ada pemberitahuan, kata kawan saya. Ramai-ramai, mengutuk kegelapan. Kecewa hingga marah-marah, sudah biasa terjadi negeri ini. 

Jangankan soal layanan publik, soal tokoh dan pemimpin pun begitu. Wajar biarpet PLN "dibanjiri" keluh-kesah, caci maki, pun sumpah serapah. Sinisme "menghujani" tiap dinding linimasa dan update di media sosial. Biarpet PLN, bikin gara-gara.

Biarpet PLN, justru jadi momen untuk menuding apa arti infrastruktur, apa guna teknologi industri 4.0 dan sebagainya. Lalu mengajak kembali ke jalan-Nya. Manusia jadi mudah lupa. Bahwa semua yang terjadi di muka bumi inipun atas izin-Nya. Sudah dikehendaki-Nya. 

Mati listrik alias biarpet PLN pun jadi komoditas celotehan. Ramai-ramai mengutuk kegelapan. Pun bisa jadi, sebuah ujian akhlak dan moralitas kemanusiaaan. Buat kita, buat siapapun.

Biarpet PLN, memang sudah dikehendaki-Nya.

Maka tetangga saya yang pegawai PLN pun, tidak tahu sebab terjadinya biarpet alias mati listrik total dan lama itu. Semua hanya katanya. Tiba-tiba mati, lalu menyala, dan mati lagi. 

Dalam kegelapan pun, kita masih dan sangat mampu "menyemprot" keadaan. Biarpet PLN, terlalu mudah jadi arena "kambing hitam". Biarpet PLN, bikin banyak orang kian penuh kegelapan, kebingungan lagi bergelimang kemarahan.

Mati listrik, matilah segalanya. Mati kenyamanan, matilah segalanya.

Itulah ujian hidup manusia. Kata orang tua dulu. Justru ketika gelap, orang cerdas mampu melihat sesuatu yang tak bisa dilihat orang lain; apapun yang tidak bisa dipahami oleh lingkungannya. Sementara orang tidak cerdas, sekalipun terang benderang, justru hanya tahu sesuatu ada di atas kepala mereka; hanya sebatas pemikirannya.

Biarpet PLN kemarin itu hanya sinyal.

Bahwa di mana ada cahaya, maka di situ pasti ada kegelapan. Begitu pula sebaliknya, di mana ada kegelapan maka di situ ada cahaya. Begitulah hidup manusia. Lika-liku kehidupan, kata banyak orang. Gelap itu realitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun