Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengakui Indonesia Sukses Saja Susah, Apalagi yang Lain?

2 September 2018   10:43 Diperbarui: 2 September 2018   11:05 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zaman now, makin banyak aja orang yang susah mengaku Indonesia itu sukses. Entah kenapa?

Asian Games 2018 hari ini usai. Alhasil Indonesia berada di peringkat ke-4. Total 31 medali emas. Prestasi yang luar biasa. Indonesia hebat. Patut dibanggakan. Bukan hanya sukses sebagai "tuan rumah". Tapi Indonesia sukses pula secara prestasi. Sepanjang sejarah, bangsa ini sering "keok" di ajang Asian Games. Tapi kali ini, perjuangan atlet dan bangsa ini patut diacungi jempol. Indonesia emang hebat !!

Indonesia sukses, bangsa kita hebat.

Memang bukan hanya diukur dari Asian Games. Tapi bila mau objektif dan realistis, Asian Games adalah indicator paling pas untuk hari ini. Bukan hanya "target 10 besar" yang bisa ditembus. Tapi daya juang atlet untuk mengharumkan nama bangsa pun sangat patriotik. Maka wajar, Indonesia pun optimis "mencalonkan diri" menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Hebat memang Indonesia. Jempol buat Indonesia.  

Tapi sayang, sukses Indonesia di Asian Games memang tidak mudah.

Karena masih saja ada, orang-orang yang susah mengakui Indonesia itu sukses. Mengapa? Karena mereka masih punya sentimen. Basisnya, karena tidak suka, karena benci. Gak senang bila negaranya berhasil menjadi tuan rumah. Gak senang bila pemimpinnya bekerja. Komentarnya miring, ocehannya provokatif. Dan yang pasti, cara pikirnya negatif melulu. Bisa jadi, mereka begitu karena sedang memperjuangkan obsesi dan mimpinya sendiri. Mereka yang hidup di "alam pikirannya sendiri".

Sederhana aja sih. Ngaku bangsanya, Indonesia sukses aja susah. Apalagi yang lain?

Emang susah, menggelar ajang sehebat Asian Games di tahun politik, jelang pilpres. Prestasi hanya bisa dibalas prasangka. Perjuangan hanya bisa dibalas dengan pencitraan. Pokoknya, gak ada sukses bila prestasi itu lahir dari rezim dan pemimpin yang gak disukainya. 

Jadi gak objektif, jadi gak realistis. Kadang orang awam bingung. Sebenarnya, siapa sih yang dibela mereka? Orang yang disenangi atau bangsanya? Ngaku bangsanya sukses aja susah, apalagi yang lain?

Emang sih. Sah-sah aja mau komentar apapun. Mau deklarasi apapun boleh. Namanya juga Negara demokratis. Tapi siapa yang bisa bilang objektif? Bila yang digadang-gadang, hanya komentar negatif dan deklarasi gonta-ganti doang. Kebebasan yang penuh sentimen kok gak mau diatur. Seakan-akan yang salah negaranya terus, bangsanya terus yang salah. Bebas dan demokratis itu ada aturannya bro...

Sangat boleh kok, kita mengkritisi bangsa ini. Gak ada yang larang. Bahwa pembangunan di Indonesia belum merata. Masih banya orang miskin, masih banyak korupsi. Untuk itu, mari kita perbaiki. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun