Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel "Tanpa Kata", Kegelisahan Hilangnya Komitmen Kaum Milenial

28 Juni 2018   21:50 Diperbarui: 28 Juni 2018   22:01 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berangkat dari kegelisahan akan hilangnya nilai komitmen di kaum milenial saat ini, novel "Tanpa Kata" karya Prof. Dr. Endry Boeriswati diluncurkan hari ini dihadapan 200 orang akademisi dan mahasiswa di Kampus UNJ Rawamangun. Tampil sebagai pembedah buku, Fahmi Idris (Politisi Senior Golkar/Dosen Pascasarjana UNJ) dan Helvy Tiana Rosa (Novelis/Dosen UNJ) yang dipandu Dr. Fathiaty Murtadho. Ikut hadir pimpinan UNJ, dosen JBSI UNJ, alumni, dan mahasiswa.

Novel "Tanpa Kata" mengisahkan drama cinta segitiga sebagai realitas kehidupan yang kompleks. Dalam cinta ada pengkhianatan, dalam cinta ada pula kesetiaan. Namun cinta, tetap membutuhkan komitmen. Komitmen adalah kesetiaan. Maka komitmen harus terkatakan, bukan komitmen tanpa kata.

"Novel ini saya tulis bukan sekedar hiburan. Tapi untuk direnungkan. Karena banyak orang sekarang hidup tanpa komitmen, tanpa kata. Kisah cinta segitiga yang mengharu biru dalam novel ini hanya media. Untuk menyampaikan pesan hilangnya komitmen, tanpa kata-kata" ujar Prof. Dr. Endry Boeriswati di sela acara peluncuran.

Novel yang berlatar riset ini pun memberikan kebebasan pembaca untuk menafsirkan cerita dari fakta yang ada. Hal ini di sengaja atas dasar kaum milenial tidak bisa dicekokin dengan pesan yang ada dalam novel. Pesan yang diapresiasi sangat bergantung pada tingkat literasi dan sudut pandang pembaca. Maka wajar, penulis pun menabrak pakem dan kaidah penulisan novel pada umumnya. Sederhananya, liarkan pikiran aturlah perilaku.

"Novel ini menyajikan paradigm baru dalam berpikir dan bertindak. Tidak happy ending dan sangat kompleks. Namun ceritanya dikemas penuh dengan makna" ujar Fahmi Idris.

Boleh jadi, novel "Tanpa Kata" menjadi salah satu karya sastra yang dihadirkan atas kekuatan logika, bukan seni. Karena konteks dan setting cerita justru menampilkan premis-premis yang harus dipikirkan untuk dicari jawabannya.

"Buat saya, karakter tokoh yang disajikan dalam novel ini cukup jeli dan merepresentasikan kaum milenial. Novel yang lahir dari akademisi seperti in harus diperbanyak. Karena pasti ada pesan yang beda untuk pembacanya: ujar Helvy Tiana Rosa.

whatsapp-image-2018-06-28-at-21-01-44-2-5b34f279bde57553b108aff2.jpeg
whatsapp-image-2018-06-28-at-21-01-44-2-5b34f279bde57553b108aff2.jpeg
Dengan diluncurkannya novel "Tanpa Kata", penulis berharap pembaca di Indonesia khususnya kaum milenial bisa merefleksi kembali akan pentingnya nilai komitmen. Karena komitmen adalah janji; janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain yang tercermin dalam tindakan. 

"Inilah novel curahan hati saya. Karena saat ini makin banyak orang yang tidak punya komitmen. Maka orang lain pun menjadi korbannya. Komitmen itu pengakuan seutuhnya setiap manusia, sebagai cerminan sikap dan watak dalam diri seseorang" tambah Endry Boeriswati.

Penulis berharap, kehadiran novel "Tanpa Kata" bisa memberikan alternatif paradigma dalam bersastra. Sastra yang berbasis logika, bukan hanya perasaan atau seni. Seperti yang tersaji di bagian akhir cerita novel ini:

Komitmen adalah kumpulan huruf menjadi kata. Komitmen tidak hanya dieja. Komitmen adalah setia. Dan, bila tanpa kata, tak akan bisa setia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun