Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hijrah Bukan Soal Kopiah

20 Juni 2018   09:23 Diperbarui: 20 Juni 2018   11:18 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Abi, kita mau ke mana lagi. Aku mulai capek nih jalannya pindah-pindah, muter-muter" komen anakku Farah.

"Iya Nak, gak apa-apa capek sedikit. Kan kita dalam perjalanan. Nikmati aja ya Nak. Biar kamu tahu dan nanti bisa mengartikannya sendiri" jawabku sederhana.

Bolehlah, perjalanan apapun disebut sebagian dari proses hijrah. Hijrah dari keadaan yang belum baik menjadi lebih baik. Mumpung masih suasana lebaran. Saling bermaafan dan tidak meremehkan orang lain pun bagian dari hijrah. Karena hijrah, tentu  bukan soal baju putih atau kopiah. Tapi hijrah adalah hati, pikiran, dan perbuatan.

Hijrah pun dapat diartikan perubahan.

 Berubah untuk lebih baik, intinya. Karena siapa tahu, selama ini kita sebagai pribadi atau anggota masyarakat sering kali dirasuki perasaan dan perilaku yang gak pas. Sering iri, dengki, penuh hujatan dan bahkan dendam. Semua itu patut diubah, berhijrah. Bahkan dalam hal ibadah dan amaliah pun perlu perubahan. Kan gak mungkin, hidup di usia tersisa begitu-begitu saja. Tentu harus lebih baik dari yang kemarin. Apalagi gemblengan bulan puasa sudah melatih kita untuk bisa hijrah. Hijrah dari biasanya perut kenyang dan gak mampu menahan diri menjadi merasakan lapar dan harus menahan diri.

Di zaman now, di peradaban sekarang. Memang semangat "hijrah" dan "berubah" patut dikedepankan lagi. Buat siapapun, untuk apapun. Agar kita tidak jadi jumawa dengan keadaan yang "dianggap" permanen oleh kita sendiri. Padahal, Allah SWT maha berkehendak. Semua yang ada dan dijalani manusia adalah berkat rahmat Allah. Bukan berkat lain-lainnya, termasuk manusia bukan apa-apa.

Hijrah, adalah mau dan bersedia berubah.

Siapapun manusianya. Tidak boleh berhenti berpikir, bergerak, dan mencari cara menuju kehidupan yang semakin baik, semakin maju, dan tetap progresif. Bukan malah lebih buruk,  berpikir mundur, dan bertindak regresif. BERUBAH, itulah hijrah.

Lalu, gimana cara hijrah?

Sederhana sekali untuk hijrah. Mumpung masih lebaran. Ini momentum pas buat hijrah. Mulailah dari hal kecil dan diri sendiri. Gak usah nuntut presiden, negara untuk hijrah bila kita sendiri gak mau berubah.

Hijrah kecil itu gak usah mencaci maki, mwmbenci, menghujat, apalagi fitnah. Gak perlu membicarakan kejelekan orang lain. Orang yang hijrah itu kebih banyak "melihat ke dalam" bukan "menengok ke luar". Memperbanyak muhasabah, intropeksi diri. Itu pun hijrah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun