Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah Benar Kita Bangsa Pekok?

12 Mei 2018   09:32 Diperbarui: 12 Mei 2018   09:59 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PEKOK

Tiba-tiba, ada orang pintar bilang "bangsa ini bangsa pekok". Saya gak peduli pada konteksnya. Tapi saya tertarik pada kata "pekok" yang artinya tolol, bodoh.

Cuma nanya aja. Apakah benar kita sebangsa ini pekok alias tolol? Tentu, jawabnya ada pada diri kita masing-masing. Ada yang bilang iya, ada yang bilang gak. Sah-sah saja.

Bangsa pekok. Gak perlu tersinggung. Dicermati saja baik-baik. Kalo paham ada bagian yang "pekok", mari kita beresin sama-sama. Asal jangan kita ngomong "pekok" justru gara-gara kebencian. Atau sentimen personal karena gak sukanya kita "ada orang lain yang lebih baik dari kita". Kritik ya silakan, asal kasih solusinya atau kerjakan gimana benernya. Asal jangan mencaci-maki atau menghina bangsanya sendiri.

Namanya Mbah Suparni dari Kulonprogo. Dia bilang gini "Wong urip neng alam donya niki janji mboten pekok, pikiran digawe encer, senajan ra duwe ya bisa nyandhang, bisa madhang, bisa netepi kelumrahan. Ning nek wong pekok kancane setan. Nek mboten pekok setan ra doyan,".

Kalo diartiin tuturan itu adalah, "Orang hidup di dunia ini asal tidak totol, pikiran tetap encer, meskipun tidak punya (harta) ya tetap bisa berpakaian, bisa makan, bisa mengikuti kelumrahan hidup. Namun kalau tolol akan menjadi teman setan. Kalau tidak tolol, setan tak berani mendekat."

Mbah Suparni benar. Hikmahnya, "hati-hati jangan pekok. Karena kalo pekok, setan mudah mendekat. Tapi kalo gak pekok, setan pun gak berani dekat". Sangat bijak dan baik nasehatnya Simbah....

Jadi, apakah bangsa ini benar-benar pekok?

Tergantung mau lihat dari sisi mana. Tapi kalo mau realistis, insya Allah bangsa ini baik-baik saja. Dan gak se-serem yang dibayangin banyak orang. Biar kata rupiah anjlok, biar kata dikuasai asing. Alhamdulillah, kita masih bisa makan, masih bisa demo, masih bisa semua-mua. Kadang kita lupa, bersyukur atas apa yang sudah dianugerahi-Nya. Kalo ada kurang dan salah, mari ikhtiar sama-sama yang baik sambil berdoa. Insya Allah, masih ada harapan. Surga itu harapan, bukan ketakutan...

Ada yang bilang, bangsa ini bangsa pekok.

Kalo dalam psikologi pendidikan, siswa berprestasi itu emang sering diomongin sama siswa-siswa yang gak berprestasi. Itu sih biasa. Kalo nilai kita lebih buruk dari teman kita. Pastinya, kita lebih suka merinci kekurangan dan mencari kesalahan teman kita. Lalu bilang bahwa kita lebih baik dari dia. Itu biasa...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun