Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semarak Gerakan Literasi di SMPN 151 Jakarta

8 November 2017   13:06 Diperbarui: 8 November 2017   14:59 1940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada banyak cara membangun budaya literasi di kalangan anak-anak. Asal mau asal peduli.

Di tengah serbuan gawai (gadget) dan tontonan TV yang kian menyengat hingga sekarang, budaya literasi (kebiasaan baca-tulis) di kalangan anak-anak patut mendapat perhatian, bahkan kepedulian nyata. Sangat bahaya jika generasi mudah "terbuai" gawai atau tontonan lalu "meninggalkan" buku, menanggalkan bacaan.

Berangkat dari semangat itulah, SMP Negeri 151 Jakarta menyelenggarakan "Semarak Gerakan Literasi" dalam rangka Bulan Bahasa 2017, yang diisi kegiatan Lomba Baca Puisi, Lomba Cipta Puisi, Lomba Debat pada Rabu, 8 November 2017 di SMPN 151 Jakarta. Puncaknya, diadakan Seminar Gerakan Literasi yang menghadirkan pembicara Syarifudin Yunus, penulis 17 buku yang dosen Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, penggiat literasi dan Pendiri TBM Lentera Pustaka.

Dihadiri 750-an siswa dan puluhan guru, semarak gerakan literasi menyadarkan akan pentingnya membangun kebiasaan membaca dan menulis di kalangan siswa SMP.

Menyadari bahwa budaya baca-tulis bangsa ini sangat rendah, sangat diperlukan gerakan untuk "mendekatkan siswa dengan buku". Karena di era digital dan kecanggihan teknologi saat ini, daya tarik anak-anak bukanlah lagi buku, namun gawai dan televisi. 

"Sekarang ini kita sudah sulit mendapati anak-anak yang sedang baca buku di kantin, di mobil, atau di tempat umum. Zaman sudah berubah. Maka kita harus peduli untuk mendekatkan kembali anak-anak dengan buku" ujar Syarifudin Yunus.

Bercermin pada reformasi pendidikan di Vietnam, negara yang pernah mengalami konflik perang saudara berkepanjangan. Saat ini, memiliki tradisi membaca yang sangat kuat hingga muncul sebagai negara berkembang yang pesat di Asia Tenggara.

Untuk itu, anak-anak ndonesia tidak boleh kalah. Gerakan literasi harus dikuatkan oleh semua pihak; baik pemerintah, sekolah maupun keluarga. Namun sayangnya, banyak pihak yang tidak menyadari pentingnya budaya membaca, budaya literasi. Agak miris, karena kepedulian terhadap budaya baca-tulis baru sebatas semangat belum menjadi aksi nyata.

Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan seperti SMPN 151 Jakarta mengambil peran penting untuk membangun budaya literasi di kalangan siswanya. "Kami ingin siswa-siswa  di sini "Kami ingin siswa-siswa di sini punya tradisi membaca dan menulis yang semakin meningkat. Agar kegiatan pembelajaran dan literasi ke depan semakin berkualitas" ujar Kepala Sekolah SMPN 151 Jakarta. 

Dalam kesempatan ini, Syarifudin Yunus membagi informasi tentang 7 Resep Membudayakan Literasi di sekolah, yaitu:

1. Paham akan pentingnya membaca (kosakata, wawasan, kesabaran, karakter) sebagai landasan untuk menulis.

2. Optimalkan perpustakaan sekolah; dibuat menjadi menarik dan siswa harus setiap hari kunjung ke perpustakaan.

3. Sekolah harus budayakan membaca.

4. Hadiahkan buku sebagai tradisi.

5. Komunitas baca perlu dibentuk di sekolah.

6. Omong setelah membaca sebagai kebiasaan.

7. Menulis setiap hari. Mulailah dengan menulis catatan harian tentang apa yang dirasakan, dialami, diketahui, dipikirkan.

Terakhir, gerakan literasi apapun bentuknya dan dimanapun adanya harus dipahami sebagai perilaku, perbuatan bukan sebatas pelajaran atau teori. Membaca dan menulis harus menjadi gaya hidup siswa di era digital seperti sekarang. Jika tidak maka anak-anak akan tergerus bahkan tersingkir "di makan" zaman dan peradaban. Salam literasi.... #BudayaLiterasi

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun