Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menekan Angka Putus Sekolah via TBM Lentera Pustaka

11 Oktober 2017   00:15 Diperbarui: 11 Oktober 2017   00:48 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agak ironis. Bila pemerintah sedang gencar mengkampanyekan "pendidikan karakter" dan "full day school", ternyata secara factual masih banyak siswa yang berpotensi terancam putus sekolah. Hebatnya lagi, kondisi ini terjadi tidak jauh dari Jakarta; hanya sekitar 70 km atau sekitar 2 jam perjalanan dari Ibukota Jakarta.

 

Adalah Desa Sukaluyu Kec. Taman Sari Kab. Bogor. Angka statistik menunjukkan bahwa rerata tingkat pendidikan masyarakat pada umumnya tamat SD mencapai 81,9%, tamat SMP 8,9%, dan tamat SMA 8,3%. Itu berarti, sekitar 90,8% tingkat pendidikan masyarakat hanya sebatas SMP.

Mengacu pada tersebut, saat ini di Desa Sukaluyu, terdapat sekitar 3.035 anak-anak usia sekolah. Dengan rentang usia 0-6 tahun mencapai 22% dan usia 7-12 tahun mencapai 37,5%. Bila memakai pola yang sama, maka ada potensi anak-anak sekitar 77,9% dari anak-anak usia SD hingga SMA di desa ini berpotensi putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah.

 

Memang ada banyak faktor yang menyebabkan seorang anak putus sekolah.

Faktor-faktor yang paling umum adalah 1) karena masalah ekonomi, yang menyebabkan ketidakmampuan keluarga si anak untuk membiayai kebutuhan sekolah, 2) karena rendahnya atau kurangnya minat anak untuk bersekolah, 3) karena tidak adanya perhatian orang tua termasuk "mind set" akan pentingnya sekolah bagi masa depan anak, 4) karena tidak adanya prasarana sekolah atau akses untuk bersekolah.

Apakah hanya faktor-faktor tersebut di atas?

Tentu bukan hanya itu. Ada lagi faktor yang penting dan bisa menyebabkan seorang anak putus sekolah. Ada 2 lagi faktor penting penyebab putus sekolah.

SATU, karena budaya yang menyangkut kebiasaan masyarakat. Tidak adanya budaya yang "membuat sadar" bahwa sekolah itu penting dan harus terus berlanjut, minimal hingga SMA. Budaya masyarakat yang "kurang tepat" dan beranggapan tanpa sekolah pun mereka dapat hidup layak. Maka wajar, jumlah anak yang tidak bersekolah lebih banyak terjadi di pedesaan.

KEDUA, karena sarana pendukung seperti taman bacaan masyarakat yang tidak ada atau tidak memadai. Sehingga anak-anak dan masyarakat tidak pernah mendapat "masukan" atau "bacaan" yang dapat menyadarkan akan arti penting sekolah bagi anak-anak.Banyak siswa di pedesaan atau di daerah yang kesulitan mendapat "akses buku bacaan" yang dapat memotivasi dan mengguggah "cara pandang" atau "budaya" yang selama ini salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun