Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saya Harus Mengaku Salah

10 September 2017   17:21 Diperbarui: 10 September 2017   17:43 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya harus mengaku salah. Karena waktu kuliah sudah tiba. Tapi buku "Menulis Ilmiah" yang sudah dipersiapkan tetap belum kelar juga. Penerbit udah nungguin, Tapi lagi-lagi, naskahnya belum tuntas. Baru 70% dan gak mungkin dipaksain untuk dicetak. Harus mengaku salah. Karena buku yang harusnya rampung dan sudah cetak, nyatanya gak bisa terealisasi.

Namanya manusia, pengen begini pengen begitu wajar saja. Tapi kalo gak bisa direalisasikan. Pasti ada yang salah di diri kita. Dan suatu kali, kita perlu "mengakui salah". Itu sudah cukup.

Manusia emang dilengkapi kelebihan bahkan kehebatan. Tapi di sisi yang lain juga melekat ketidakmampuan dan kelemahan. Itu pasti, karena gak ada manusia yang sempurna. Cuma sekarang, gak banyak orang yang mau "mengaku salah". Sehingga lupa untuk terus "berbenah diri".

Beruntunglah, mereka-mereka yang "mengaku benar", "mengaku baik". Mungkin mereka sudah selelsai dengan dirinya sendiri. Hingga telah paripurna, sudah menjadi sempurna. Alhamdulillah.

Agak wajar kalo akhirnya, banyak dari kita yang sibuk mencari aib orang lain. Gak mampu lagi melihat kebenaran yang dilakukan orang lain. Sulit untuk introspeksi diri. Hingga terlupa untuk melihat aib dan kekurangan diri sendiri.

Mengaku salah. Itu terjadi pada diri saya. Karena gak mampu menyelesaikan buku "Menulis Ilmiah" yang harusnya sudah selesai. Dan saya, gak mau cari kambing hitam. Tapi hanya bisa "mengaku salah". Itu sudah cukup. Berikutnya, "berbenah diri" agar naskah buku itu bisa saya selesaikan.

Mengaku salah, memang gak banyak orang yang "mau" melakukannya.

Lihat saja, KPK merasa benar. DPR juga merasa paling benar. Wajar jadinya kisruh. Sekarang ini, emang banyak kayka begitu. Saling mengaku benar, tanpa ada yang mau mengaku salah. Kenapa bisa begitu?

Sukar "mengaku salah" karena gak bisa menerima kenyataan bahwa kita salah. Takut malu. Hingga akhirnya sulit mengaku salah. Lalu mulai cari argumen dan cara untuk menutupinya. Gak heran, kita pun terus berusaha membenarkan diri terus-menerus.

Sulit "mengaku salah" juga bisa terjadi karena kita gak mau menerima "kebenaran" orang lain. Kita gak rela kalo orang lain benar, apalagi orang yang kita gak suka, orang yang kita benci. Wajar, kita jadi lupa bahwa kita itu ada di dunia untuk "membela kebenaran" bukan "membela diri". Kadang di kasih embel-embel, demi harga diri demi gengsi.

Sukar "mengaku salah" karena kita takut orang tahu bahwa kita salah. Lalu kita dianggap jelek, jadi takut malu. Apalagi zaman begini, gak sedikit orang yang "nungguin orang lain" berbuat salah. Biar gampang untuk menyerang, biar punya "pintu masuk" untuk menjatuhkan.

Memang sukar lagi sulit untuk "mengaku salah". Apalagi di zaman gini. ORANG BANYAK FOKUS BUKAN PADA MASALAHNYA TAPI PADA ORANGNYA. PANTAS, MAKIN GAK BANYAK ORANG YANG MAU "MENGAKU SALAH".

Sungguh, "mengaku salah" itu penting.

Agar kita tetap bersifat realistis. Dan gak perlu memikirkan sesuatu "lebh tinggi" dari apa yang mampu kita kerjakan. Mengaku salah, itu penting karena selagi masih manusia memang kita gak ada apa-apanya. Kita bukan apa-apa, kita bukan siapa-siapa.

Maafin aja ya, saya "mengaku salah".

Biar kita bisa "apa adanya" aja bukan "ada apanya" ... ciamikk #MengakuSalah

Dok.pribadi
Dok.pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun