Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

50% Penggunaan Huruf Kapital Siswa SMP Masih Kurang Baik

1 September 2014   05:35 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:57 1778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1409499283107772343

Seberapa peduli kita terhadap penggunaan huruf kapital ?

Huruf kapital sering dianggap masalah yang sederhana dalam aktivitas penulisan. Sebagai bagian EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), huruf kapital sangat berpengaruh terhadap kualitas pemakaian bahasa seseorang. Sungguh, penggunaan huruf kapital harus sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang berlaku.Kualitas penggunaan huruf kapital diantaranya dapat dilihat dari ketepatan penulisan kalimat. Kalimat tidak luput dari penerapan kaidah penggunaan huruf kapital.

Penulisan kalimat sebagai sarana berbahasa tulis bagi pemakai bahasa harus memenuhi kaidah bahasa Indonesia. Di samping aspek makna, kalimat juga harus sesuai dengan kaidah EYD yang berlaku, khususnya penggunaan huruf kapital yang benar untuk memudahkan intonasi dan pemaknaan suatu kalimat.

[caption id="attachment_356518" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: Pribadi - Kualitas Penggunaan Huruf Kapital"][/caption]

Pembelajaran penulisan kalimat di sekolah seharusnya telah memperhatikan aspek ketepatan pemakaian EYD, khususnya dalam penggunaan huruf kapital. Pelajaran bahasa Indonesia di sekolah harus diberdayakan untuk menjadikan siswa tidak hanya terampil dalam berkomunikasi, tetapi harus memberikan pengetahuan yang memadai akan pentingnya penerapan kaidah-kaidah bahasa Indonesia, khususnya dalam pemakaian EYD. Pembelajaran penulisan kalimat di sekolah harus diimbangi dengan kemampuan siswa dalam menerapkan kaidah-kaidah bahasa.

Namun dalam kenyataannya, penulisan kalimat di kalangan siswa SMP terkesan belum memadai. Hal ini terlihat melalui susunan kalimat yang tidak lengkap dan terlalu berlebihan, penggunaan tanda baca yang tidak perlu atau menyalahi kaidah, penggunaan huruf kapital yang salah, pemakaian istilah asing yang tidak tepat, dan tata bahasa yang tidak teratur. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan oleh siswa yang tidak memahami dan tidak mengetahui kaidah-kaidah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD, di samping kemampuan menulis siswa yang relatif masih belum optimal.

Jika demikian, upaya mencapai taraf kebakuan pemakaian bahasa Indonesia dan penggunaan bahasa yang baik dan benar menjadi sulit dicapai. Kita sepakat, bahasa yang baik lebih menitikberatkan pada pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan tempat pembicaraan, sedangkan bahasa yang benar lebih mengacu pada pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah dan aturan main yang telah ditetapkan.

Setiap pemakai bahasa tidak hanya dituntut untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi semata, tetapi juga memiliki kemampuan berbahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan yang sesuai dengan kaidah yang berlaku. Artinya, setiap pemakai bahasa harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang kaidah-kaidah penggunaan bahasa Indonesia, baik dalam tatanan ejaan, pemilihan kata, penyusunan kalimat, hingga aspek makna dalam bahasa.

Mengacu pada realitas tersebut di atas, menjadi penting kita mempersoalkan kualitas penggunaan huruf kapital di kalangan siswa SMP. Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran pokok dalam kegiatan belajar siswa SMP di sekolah seharusnya tercermin melalui kualitas penulisan kalimat yang didukung kualitas penggunan huruf kapitalyang sesuai kaidah.

1.   Huruf Kapital

Pemakaian huruf dalam ejaan bahasa Indonesia berkaitan erat dengan abjad yang terdapat dalam bahasa Indonesia. Aturan penggunaan huruf, termasuk huruf kapital semestinya dipahami oleh pemakai bahasa. Setiap orang yang sedang berbahasa Indonesia dengan sendirinya harus memakai aturan bahasa Indonesia, baik dalam berbahasa lisan maupun berbahasa tulisan.Pentingnya pemakaian huruf kapital dalam bahasa Indonesia ditegaskan buku Ejaan Dalam Bahasa Indonesia (1992:6) yang menyatakan bahwa di antara aturan pemakaian huruf kapital, yang perlu diperhatikan adalah perbedaan antara nama diri dan nama jenis. Nama diri diawali dengan huruf kapital, sedangkan nama jenis tidak menggunakan huruf kapital. Sebagai contoh penulisan orang Inggris dan garam inggris yang ditulis dengan huruh yang berbeda.

Huruf kapital tidaklah sama dengan penggunaan huruf biasa pada umumnya. Penggunaan huruf kapital telah diatur dalam bahasa Indonesia secara proporsional yang tercantum dalam Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Apalagi dalam bentuk penulisan bahasa tulis, penggunaan huruf kapital bersifat wajib sebagai bagian dalam memperjelas makna, di samping menjadi wujud kepatuhan terhadap kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.Mengenai pemakaian huruf kapital, Lamuddin Finoza (1993:15) menyatakan bahwa cara penulisan nama diri (nama jalan, sungai, gunung, dan sebagainya) juga harus disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus yang menyangkut segi adat, hukum, atau sejarah. Berdasarkan pernyataan di atas, maka kedudukan huruf kapital dalam ejaan bahasa Indonesia sangat menentukan.

Berkaitan dengan aturan penggunaan huruf kapital dalam bahasa Indonesia, Depdikbud (1992:381-386) menyatakan sebagai berikut:

Huruf kapital dipakai sebagai 1) huruf pertama kata pada awal kalimat, 2) huruf pertama petikan langsung, 3) huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan denggan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan, 4) huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang, 5) huruf pertama unsur jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, nama instansi, dan nama tempat, 6) huruf pertama unsur nama orang, 7) huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa, 8) huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah, 9) huruf pertama nama geografi, 10) huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah, serta nama dokumen resmi negara, 11) huruf pertama bentuk ulang sempurna pada nama badan, lembaga pemerintah, dan dokumen resmi, 12) huruf pertama semua nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, 13) huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan, 14) huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, dan 15) huruf pertama kata ganti Anda.

Sekalipun pemakaian huruf kapital dalam bahasa tulis bahasa Indonesia telah diatur, setiap pemakai bahasa pun harus memiliki pengetahuan dan penguasaan yang optimal dalam membedakan dipakai atau tidaknya huruf kapital dalam penulisan kalimat. Hal ini dikarenakan ada pula pengecualian penggunaan huruf tidak kapital dalam penulisan kalimat. Misalnya, dalam penulisan nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang, maka huruf pertamanya tidak kapital, seperti Dia baru saja diangkat sebagai sultan.

Begitu pula halnya, huruf kapital tidak digunakan pada nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, seperti Dia gubernur yang baru dilantik, Ia berpangkat mayor jenderal. Huruf kapital juga tidak dipakai pada nama bangsa, suku, dan bahasa sebagai bentuk kata turunan., seperti meng-indonsiakan kata asing, gayanya keinggris-inggrisan. Berdasarkan contoh-contoh di atas, maka setiap pemakai bahasa harus teliti dalam melihat setiap gejala bahasa yang berkaitan dengan penggunaan huruf kapital.

2.   Kesalahan Berbahasa

Sifat bahasa yang dinamis dan terus berkembang di kalangan pemakainya menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kesalahan berbahasa. Kesalahan di tingkat tata bahasa praktis lazim terjadi. Namun, kesalahan berbahasa yang terjadi seharusnya dapat dipilahkan sesuai dengan bentuk kesalahan itu sendiri sehingga tidak menggangu struktur bahasa.Upaya konkret dalam mengamati gejala kesalahan berbahasa patut dilakukan agar tidak mengganggu sistem bahasa yang ada. Melalui studi kesalahan berbahasa dapat diketahui tingkat penyimpangan yang terjadi dan tingkat kesesuaiannya dengan kaidah bahasa yang berlaku.

Zaenal Arifin (1991:13) menyatakan bahwa penggunaan bahasa Indonesia sedang menuju ke penggunaan yang standar, di satu pihak disarankan pemakaian bahasa yang sesuai kaidah dan di pihak lain masyarakat pemakai bahasa masih terbiasa mengabaikan kaidah berbahasa. Namun demikian, bukan berarti kesalahan umum itu dibiarkan berlarut-larut, sudah saatnya kesalahan itu kita atasi dengan segera.

Kesalahan berbahasa biasanya berhubungan dengan penyimpangan-penyimpangan dalam perilaku berbahasa, khususnya dalam bahasa tulis yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang benar. Studi kesalahan berbahasa dihadirkan untuk mencegah penyimpangan bahasa yang berkembang secara sistematis.Aminuddin (1992:3) tentang kesalahan berbahasa menyatakan bahwa kesalahan berbahasa adalah penyimpangan-penyimpangan bahasa yang dilakukan seseorang secara sistematis dan konsisten. Penyimpangan sistematis menggambarkan kemampuan berbahasa seseorang pada tahap tertentu dalam mempelajari bahasa. Kesalahan berbahasa itu berangkat dari penguasaan sistem bahasa pada competence penuturnya.

Kesalahan berbahasa dapat terjadi pada tingkat penguasaan bahasa, tingkat proses, tingkat jumlah personal, tingkat penerapan, tingkat lingkup kebahasaan, tingkat sumber kesalahan, dan tingkat pengaruh terhadap kegiatan komunikasi, termasuk yang terdapat dalam media massa. Pada tingkat penguasaan bahasa, Jos Daniel Parera (1991:14) menyatakan bahwa kesalahan berbahasa dapat dibedakan atas error dan mistake. Error merupakan kesalahan yang berangkat dari kurangnya penguasaan bahasa seseorang sehingga kesalahan ini bersifat sistematis. Sedangkan mistake merupakan kesalahan yang berangkat dari penampilan bahasa seseorang atau performansi bahasa seseorang sehingga kesalahan ini bersifat tidak sistematis.

Kesalahan berbahasa yang terjadi di kalangan pemakai bahasa bisa terjadi secara sistematis dan tidak sistematis. Pada tingkat kesalahan yang terjadi secara sistematis, maka akan mempengaruhi sistem bahasa pula. Namun sebaliknya, kesalahan berbahasa tidak akan mempengaruhi sistem bahasa manakala kesalahan itu bersifat tidak sistematis. Jus Badudu (1991:99) menyatakan bahwa kesalahan berbahasa seringkali terjadi akibat pemakai bahasa tidak menguasai kaidah bahasa yang berlaku dan terkait dengan cara penulisan yang benar. Dalam hal ini, kesalahan berbahasa yang terjadi bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu masalah penguasaan kaidah bahasa dan masalah penulisan yang benar, yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Setelah melakukan survei terhadap 120 (seratus dua puluh) siswa SMP di Jakarta berkaitan dengan penggunaan huruf kapital diperoleh hasil sebagai berikut:

1.Rentang nilai penggunaan huruf kapital dalam penulisan kalimat siswa SMP berada pada kategori cukup dan kurang, yang berada pada rentang nilai antara 56-70 sebesar 40% dan rentang nilai 41-55 sebesar 42,5%, sedangkan rentang nilai di bawah 40 sebesar 7,5%. Siswa dengan kualitas penggunaan huruf kapital yang baik hanya 10%.

2.Ada 4 jenis kesalahan terbesar penggunaan huruf kapital di kalangan siswa SMP, yaitu a) nama jabatan tanpa diikuti nama orang maka tidak ditulis dengan huruf kapital 80%, b) ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kitab suci, hari raya dan kata gantinya ditulis memakai huruf kapital 75%,  c) kata penunjuk hubungan kekerabatan yang diikuti nama orang ditulis memakai huruf kapital 62,5%, dan d) nama geografis yang digunakan sebagai nama jenis ditulis tanpa huruf kapital 62,5%.

Hasil survei di atas menyiratkan bahwa kualitas penggunaan huruf kapital di kalangan siswa SMP tergolong masih rendah, secara rata-rata siswa berada pada kategori nilai kurang hingga cukup, atau pada rentang nilai 41-55 dan 56-70 yang mencapai 82,5% responden. Kesalahan penggunaan huruf kapital dalam penulisan kalimat siswa SMP menunjukkan adanya ketidakpahaman siswa dalam menggunakan huruf kapital. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya latihan yang dilakukan siswa dalam menerapkan penulisan huruf kapital, di samping program pembelajaran bahasa Indonesia di kelas yang lebih menekankan aspek teoretikal daripada keterampilan praktis bahasa tulis. Namun, bentuk kesalahan penggunaan huruf kapital yang terjadi bersifattidak sistematis dan konsisten. Artinya, kesalahan yang terjadi dapat diatasi melalui latihan dan pemahaman yang benar tentang penggunaan huruf kapital dalam bahasa tulis.

Siswa maupun guru dalam kegiatan pembelajaran perlu memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kualitas pemakaian huruf kapital dalam penulisan kalimat sesuai dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu lebih ditekankan pada aspek pemakaian huruf kapital dalam berbegai ranah dan tataran kalimat maupun kata.

Beberapa contoh penggunaan huruf kapital yang salah dalam penulisan kalimat dapat disimak berikut ini:

Kesalahan yang terjadi                                         Penulisan yang seharusnya

- Pisang Ambon                                                   - pisang ambon

- ibu Ani                                                                    - Ibu Ani

- kerajaan Yogyakarta                                       - Kerajaan Yogyakarta

- Sekolah                                                                     - sekolah

Di sisi lain, siswa tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam penggunaan huruf kapital yang berhubungan dengan 1) penulisan ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci yang ditulis dengan huruf kapital, 2) penulisan nama gelar kehormatan, kepahlawanan yang ditulis dengan huruf kapital, 3) penulisan unsur bentuk ulang nama lembaga dan dokumen resmi yang ditulis dengan huruf kapital, dan 4) penulisan nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang yang ditulis dengan huruf kapital.

Berdasar pada realitas survei ini, maka ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam kegiatan belajar-mengajar bahasa Indonesia di SMP antra lain sebagai berikut:

1.Penggunaan huruf kapital dalam penulisan kalimat merupakan aspek penting yang perlu diterapkan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar bahasa Indonesia.

2.Pembelajaran bahasa Indonesia perlu lebih memberi penekanan terhadap penulisan huruf kapital secara keterampilan berbahasa.

3.Kemampuan siswa dalam penulisan kalimat seharusnya dapat diarahkan tidak terbatas pada kemampuan menuangkan struktur kalimat secara baik semata, tetapi perlu diarahkan pula pada penggunaan ejaan secara tepat dan benar.

4.Pembelajaran penulisan huruf kapital dan penulisan kalimat di sekolah memiliki kedudukan dan peran yang sama penting dalam membentuk kebiasaan berbahasa tulis siswa.

5.Segala bentuk dan jenis kesalahan berbahasa, khususnya dalam penulisan huruf kapital di kalangan siswa harus dapat diminimalisasikan sebagai konsekuensi untuk memperkokoh kedudukan dan peran bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

Simpulan

Penggunaan huruf kapital dalam penulisan kalimat siswa SMP masih kurang baik, hanya mencapai 50%. Kesalahan penggunaan huruf kapital yang terbesar dan sering terjadi di kalangan siswa SMP terdiri dari a) nama jabatan tanpa diikuti nama orang, b) ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kitab suci, hari raya dan kata gantinya, c) kata penunjuk hubungan kekerabatan yang diikuti nama orang, dan d) nama geografis yang digunakan sebagai nama jenis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun