Mohon tunggu...
Syardilla Fika
Syardilla Fika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidikan sosiologi 20

Mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi - Fakultas Ilmu Sosial - Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tren PayLater Fitur Belanja Online yang Digemari Masyarakat

21 Desember 2021   16:43 Diperbarui: 21 Desember 2021   17:33 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Belanja online di era digital saat ini menimbulkan banyaknya persoalan baru dikarenakan perkembangan teknologi yang begitu pesat. Munculnya beragam e-commerce dengan  sistem pembayaran  yang  bisa dikatakan memudahkan masyarakat berbelanja secara online membuat masyarakat tergiur dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan. Fitur Pay Later  merupakan fitur kekinian dengan penawaran 'Beli sekarang Bayar nanti'.   Meskipun demikian , menggunakan fitur ini tidaklah bisa sembarangan digunakan sehingga yang perlu di perbincangkan apa penyebab fitur ini tidaklah bisa sembarangan digunakan dan bagaimana solusinya untuk masyarakat.

Fitur  PayLater  adalah  salah  satu fitur yang menjadi  tren  yang banyak diminati  masyarakat di era yang serba digital ini.  Beberapa perusahaan  aplikasi  besar  gencar  mempromosikan fitur  ini  di  platformnya  yang  menawarkan  fasilitas kredit tanpa kartu kredit dengan manfaat serupa. Fitur PayLater memberikan penundaan pembayaran sehingga untuk berbelanja di beberapa e-commerce tidak perlu bayar disaat membeli barang tetapi bisa bayar nanti secara mencicil (Pahami Risiko Pay Later, Fitur Penggoda Milenial Berbelanja - Fintech Katadata.co.id, 2019)

Kemudahan yang ditawarkan oleh fitur PayLater cenderung digunakan tanpa pertimbangan yang matang, banyaknya masyarakat menggunakan fitur ini untuk membeli barang yang terkadang tidak dibutuhkan padahal fitur tersebut memiliki sejumlah biaya yang dikenakan kepada penggunanya. Kondisi ini menyebabkan timbulnya perilaku boros atau disebut juga dengan konsumtif yaitu membeli secara berlebihan terhadap barang karena lebih mengutamakan kesenangan daripada kebutuhan. Jika perilaku tersebut terus tertanam dalam kehidupan masyarakat maka hal ini menjadi suatu "atribut masyarakat"(Baumant, 2007:28). Atribut masyarakat berarti menjadi suatu pandangan atau gaya hidup dalam masyarakat, yakni  konsumerisme yang merupakan lebih dari sebuah tindakan mengonsumsi barang dan jasa, dimana tindakan konsumsi yang dilakukan tersebut tidak dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan. (Lodziak, 2002:2)

Dalam riset Kredivo dan Katadata Insight Center selama Januari-Desember 2020, sebanyak 55 persen pengguna e-commerce baru memilih metode pembayaran melalui PayLater hal ini dikarenakan kondisi pandemi Covid-19 yang belum mereda disertai perkembangan teknologi dan informasi mendorong kenaikan pembelian produk atau belanja onlie melalui e-commerce. (Hasil Riset Kredivo & Katadata Insight Center: Pandemi Akselerasi Perubahan Perilaku Belanja Online & Literasi Konsumen, 2021). Dengan kondisi tersebut, seseorang yang ingin membeli barang tetapi sedang berada dalam keadaaan tidak memiliki uang cash sebenarnya terbantu oleh sistem pembayaran PayLater. Fitur PayLater ini akan membantu kita belanja secara online menggunakan dana berbentuk uang digital dengan syarat harus menggantikan uang tersebut jangka waktu yang telah disepakati. Apabila uang tersebut tidak dicicil atau terjadi telat dalam pembayaran , maka bunga yang diperoleh akan terus meningkat serta harus membayar denda.

Sebenarnya tidak ada masalah jika individu yang menggunakan fitur PayLater ini memiliki kebutuhan dan kemampuan konsumsi yang seimbang, yang menjadi permasalahan adalah ketika hadirnya fitur PayLater yang mengakibatkan semakin meningkatnya konsumerisme dalam masyarakat karena tergiur oleh kemudahan teknologi. Fitur PayLater menjadi suatu simulasi. Menurut Jean Baudrillard, Simulasi diartikan sebagai “objek palsu”. Hadirnya fitur PayLater akibat dari semakin pesatnya perkembangan teknologi. Dengan munculnya penawaran fitur PayLater ini menjadi salah satu yang memberikan dorongan impulsif dalam bertransaksi sehinga menimbulkan adanya sikap konsumsi yang berlebih pada masyarakat.

Konsumsi dalam perspektif Baudrillard dipahami sebagai sistem tanda berdasarkan penafsiran terhadap tanda (simbol-simbol) sosial, antara lain: perbedaan kelas sosial, gender, dan ras, yang didalamnya akan selalu ada diferensiasi, dan diskriminasi sosial. Oleh karena itu ia menyatakan bahwa “kemampuan konsumsi setiap individu adalah berbeda satu sama lain”. Namun yang terjadi pada masyarakat konsumsi saat ini adalah membeli suatu barang tidak berdasarkan atas kebutuhan yang memang benar-benar dibutuhkan , melainkan lebih ke arah menghilangkan hasrat (desire) / keinginan. Jika dikaitkan dengan hadirnya PayLater, perilaku manusia disandarkan pada keinginan (wants) yang tidak ada habisnya dan PayLater menjadi suatu alat untuk memuaskan hasrat tersebut.

Contohnya, individu yang belum memiliki pendapatan yang cukup selalu ingin membeli barang-barang branded yang harganya bisa berkali-kali lipat diatas pendapatannya, hingga kemudian individu tersebut menggunakan PayLater untuk memuaskan dan memenuhi hasratnya, namun hal lain terjadi , individu tersebut tidak dapat membayar tagihan yang menumpuk dan terus terlilit hutang yang banyak sedangkan pendapatan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Merujuk dari contoh tersebut, menurut Baudrillard masyarakat saat ini secara tidak sadar terpengaruh oleh simulasi dan tanda (simulacra) yang ada di tengah kehidupan kita seperti pada kehadiran fitur PayLater dalam berbagaie-commerce sehingga Pembelian suatu produk bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan, melainkan karena keinginan, dimana use value (nilai guna) berubah menjadi exchange value (nilai tukar). Batas antara simulasi dan kenyataan menjadi tercampur aduk sehingga menciptakan hiperrealitas di mana yang nyata dan yang tidak nyata menjadi tidak jelas.

Kesimpulan

Fitur PayLater memiliki tujuan dan manfaat yang dapat memudahkan masyarakat dalam bertransaksi. Akan tetapi para pengguna juga bersikap bijak terhadap diri sendiri saat akan membeli barang dengan pay later serta harus memastikan tanggal jatuh tempo dan tetap harus memastikan limit yang dimiliki sebelum melakukan pembelian. Untuk menjadi konsumen yang baik dan cerdas, hal pertama yang perlu dilakukan ketika menggunakan fitur ini di dalam suatu e-commerce adalah menghitung dulu kebutuhan dan kemampuan konsumsi masing-masing. Kehadiran fitur pay later yang disedikan oleh berbagai pihak e-commerce mengubah cara pandang masyarakat terhadap suatu barang yang di konsumsi, memberikan dorongan impulsif dalam bertransaksi sehinga menimbulkan adanya sikap konsumsi yang berlebih pada masyarakat, sehingga pembelian suatu produk bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan, melainkan karena keinginan, dimana use value (nilai guna) berubah menjadi exchange value (nilai tukar) sehingga dalam pandangan Baudrillad manusia saat ini lebih memilih untuk mengkonsumsi tanda dibandingkan melihat kegunaan objek itu sendiri.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun