Mohon tunggu...
syan rosyid adiwinata
syan rosyid adiwinata Mohon Tunggu... Dosen - Seorang warga negara yang ingin melihat bangsanya lebih baik dan baik lagi kedepannya

Dosen Pancasila dan Kewarganegaraan di salah satu kampus negeri di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Moral Bangsa dan Efeknya Terhadap Pertahanan Negara

26 Oktober 2018   13:40 Diperbarui: 26 Oktober 2018   14:14 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Moral secara sederhana adalah ajaran mengenai perilaku baik dan buruk. Moral sudah diperkenalkan kepada kita sejak kita masih kecil. Contohnya adalah kita selalu diajarkan mengucap salam dan tersenyum kepada orang lain, terlepas kita kenal atau tidak orang tersebut. Disadur dari idntimes.com lewat survey yang dilakukan oleh Rough Guides di Facebook dan Twitter tahun 2017 lalu menyatakan bahwa Indonesia menempati posisi ke 6 ( enam ) sebagai negara teramah di dunia. 

Hasil survey tersebut secara tidak langsung mengartikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bermoral. Tetapi pada kenyataannya moralitas lebih kompleks dari sekedar salam dan senyum saja. Indonesia bangsa yang kaya akan sumber daya manusia dan alamnya cukup menjadi primadona ditengah kelangkaan energi dan sumber daya di negara lain. 

Pak Gatot Nurmantyo dalam Kuliah Umumnya didepan para mahasiswa Universitas Pertahanan 2016 silam mengatakan bahwa ada tiga hal yang akan menyebabkan terjadinya perang dunia ke -- 3. Tiga hal tersebut adalah Air bersih, Energi dan Sumber daya alam. Dengan terpenuhinya semua aspek diatas, bukanlah hal mudah bagi bangsa ini untuk mempertahankan kekayaan negara tersebut.

Moral adalah benteng pertahanan pertama dalam menjaga kekayaan negara. Karena moral menentukan kemana arah bangsa ini kedepannya. Moral adalah penentu apakah bangsa ini dapat berdaulat seutuhnya atau ada peran asing yang sudah turut campur didalam kedaulatan tersebut. Moral jugalah yang menentukan ujung pena dari para elite di negara ini dalam menjaga kekayaan serta kedaulatan negara. 

Kondisi yang cukup mengkhawatirkan ditunjukan oleh moralitas rakyat Indonesia dalam satu dekade terakhir. Sejak reformasi di elu elukan hingga mencapai kebebasan pers dan pen- agungan Pasal 28 E Undang Undang Dasar 1945 ayat (3 ) yang berisi " setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat". Sejak era reformasi hingga sekarang, ditambah dengan masifnya perkembangan media sosial saat ini memudahkan siapapun dalam mengeluarkan pendapat secara digital. 

Tapi sayangnya kebebasan berpendapat yang ditunjang oleh teknologi ini tidak dibarengi dengan pendidikan moral yang memadai. Pada tahun 2004, pelajaran Pendidikan Moral Pancasila ( PMP ) resmi dihapus dan fungsinya hanya menempel kepada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ( PKN).  

Penghapusan ini seakan akan mengeyampingkan fungsi utama dari Moral itu sendiri. Padahal moral adalah pendidikan fundamental yang seharusnya menjadi tameng utama dalam menfiltrasi apapun yang masuk ke dalam bangsa ini.

Jika kita bicara pertahanan maka tak boleh lepas dari lingkungan strategis yang di framing oleh Astagatra. Ya Astagatra terdiri dari dua komponen yaitu Pancagatra dan Trigatra. Pancagatra terdiri dari Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya juga Pertahanan dan Keamanan. 

Sedangkan Trigatra terdiri dari Sumber daya alam, Demografi dan juga Wilayah. Pendidikan Moral bangsa sangat berpangaruh terhadap setiap gatra yang ada.  Serangan secara asimetris sangat rentan terhadap Ideologi lewat Politik dalam negeri, ekonomi dan Sosial budaya. 

Generasi muda saat ini sangat rentan terpecah belah akibat Pilpres yang akan berlangsung. Bagaimana di media elektronik kita disuguhkan oleh perbedaan pendapat antar elite mengenai kuota impor beras dan efeknya terhadap petani lokal. 

Serta masih gencarnya serbuan budaya asing yang menginspirasi para generasi muda saat ini, padahal budaya asing tersebut tidak mencerminkan kearifan local bangsa ini. Noam Chomsky dalam bukunya " How the World Works " menyatakan bahwa strategi setiap negara kuat jika ingin menguasai bangsa lain adalah dengan menghancurkan moral masyarakatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun