Mohon tunggu...
Syamsul Bahri
Syamsul Bahri Mohon Tunggu... Administrasi - coretan seadanya berawal dari minum kopi.

Menulis untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Dewasa, Senjata Membangun Komunikasi

28 Februari 2020   22:44 Diperbarui: 29 Februari 2020   12:52 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mustahil rumah tangga akan berjalan tanpa masalah. Kalimat ini diucapkan oleh salah seorang Ustadz pada saat menyampaikan nasihat pernikahan setelah ijab kabul dilakukan.

Nampak para hadirin yang sebagian besar keluarga dari kedua mempelai mengangguk dan tersenyum seolah membenarkan apa yang diucapkan ustadz tersebut. Tentu saja bagi hadirin yang sudah menikah. bagi yang belum, maka dia akan larut dalam khalayannya.

Saya kira apa yang disampaikan bukanlah sekedar menakut-nakuti kedua mempelai yang sementara berbahagia , melainkan sebagai pengingat awal sehingga dapat mengkomunikasikan bentuk antisipasi ketika masalah demi masalah muncul. Minimal tidak kaget lagi, karena hal itu sudah biasa dan hampir semua mengalaminya.

Walaupun antisipasi menghadapi masalah itu secara teori sudah dipersiapkan, tetap saja ketika salah satu dikendalikan emosi maka teori-teori tersebut terkadang tidak digunakan lagi. Dan akan lebih fatal akibatnya ketika keduanya dikendalikan emosi yang memuncak.

Kedewasaan adalah kunci langgeng pernikahan. kedewasaan para pihak yang silih berganti menyikapi situasi dengan pikiran yang tenang dan dapat mengontrol emosinya. Yang pada akhirnya, setiap masalah akan senantiasa ada yang berinisiatif mengkomunikasikannya. Tidak lagi dengan ego masing-masing.

Agak sulit jika hanya mengandalkan kedewasaan salah satu pihak karena terkadang manusia ada pada titik batas kesabaran yang sulit untuk dikendalikan. Apalagi, jika suatu perselisihan berlangsung secara terus menerus.

Dari data faktor penyebab perceraian tahun 2017 di Pengadilan Agama seluruh Indonesia terlihat lebih didominasi alasan faktor perselisihan dan pertengkaran terus menerus yang menempati urutan pertama terbanyak. Terbanyak kedua yang menjadi penyebab perceraian adalah faktor persoalan ekonomi. Sedangkan urutan ketiga terbanyak penyebab perceraian yakni meninggalkan salah satu pihak (hukumonline.com)

Faktor terbanyak ini dapat diinterprestasikan sebagai gaya komunikasi diantara para pihak yang bisa dikatakan tidak bagus sehingga selalu berakhir dengan perselisihan yang tidak berujung.

Namun menurut saya, faktor komunikasi tersebut merupakan titik puncak dari beragam penyebab terkecuali faktor ketiga yang meninggalkan salah satu pihak walaupun terkadang komunikasi tidak menjadi penyebab atau baik-baik saja. Jadi ini bukan faktor komunikasi. Namun karena salah satu pihak tidak menganggap pernikahan itu sebagai sesuatu yang sakral. Bisa jadi sekedar menghalalkan hubungan suami-isteri.

Ada beberapa penyebab yang berujung pada komunikasi yang tidak lancar, seperti faktor ekonomi (kesenjangan penghasilan, penghasilan yang tidak sesuai ekspektasi salah satu pihak), selingkuh, judi, mabuk, keinginan poligami, dan KDRT.

Semoga kita semua tetap menjadi rumah tangga yang utuh, tahan banting terhadap masalah seberat apapun sehingga tetap pada komitmen awal pernikahan membangun keluarga sakinah mawaddah warahmah. Bagi yang belum, tetap berusaha dan berdoa. Walaupun banyak juga yang sebenarnya menyesal ketika menikah, menyesal karena terlambat. Mengapa tidak dari dulu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun