Ada banyak ruas jalan yg ditampilkan dalam 1 slide. Layar berupa rekaman CCTV yang memuat kondisi secara real time. Dengan cekatan mengganti dan memperbesar layar satu demi satu. Di zoom-nya untuk melihat sampah. Dilakukannya berulang kali,tapi tetap saja tidak ada sampah yang ditemukan.
"Kalau ada sampah yang saya dapat, maka saya akan langsung menelpon dan memerintahkan untuk segera dibersihkan," ucapnya sambil terus memainkan iPadnya.Â
"Semesta Surabaya betul-betul ada dalam genggamannya," batinku
Saya pun jadi penasaran untuk mendengar gaya bicaranya kepada bawahannya ketika beliau menelponnya. Berharap ada sampah yang ditemukan. Tapi dari sekian banyak ruas jalan yang ditampilkan dan di-zoom, hasilnya pun tetap sama.
Harapan saya pupus, tidak dapat melihat langsung Risma yang mungkin saja akan memarahi bawahannya. Marah yang selama ini hanya disaksikan baik di layar TV maupun media sosial.
Kami pun dibuat kagum olehnya. Bukan pada bahan presentasinya atau cara mempresentasikannya, tapi pada cara Risma menahkodai kota yang dicintainya dengan sepenuh hati.
Memang, lain lubuk lain ikannya, lain kota lain ikonnya. Risma adalah ikon Surabaya, siapa ikon di kota anda?Â