Mohon tunggu...
Syamsul Ardiansyah
Syamsul Ardiansyah Mohon Tunggu... Relawan - Manusia Biasa dan Relawan Aksi Kemanusiaan

blog ini akan bicara tentang masalah sehari-hari. follow me in twitter @syamsuladzic\r\n\r\nPengelola http://putarbumi.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berpuasa dari Sampah Makanan

8 Mei 2019   19:48 Diperbarui: 8 Mei 2019   19:54 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita sudah memasuki bulan ramadhan. Bulan penuh kemuliaan, bulan diturunkannya Al Quran, dan bulan yang di dalamnya malam lailatul qodar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Mari menjaga semangat ibadah puasa Ramadhan kita dengan tidak menyia-nyiakan makanan.

Ramadhan adalah bulan yang penuh rahmat, penuh dengan pengampunan, dan bulan yang dapat menghindarkan kita dari api neraka. Di dalam Ramadhan terdapat kewajiban untuk menjalankan ibadah puasa. Kewajiban yang sejatinya tidak hanya ditujukan bagi pengikut Rasulullah Muhammad SAW, tetapi juga bagi kaum-kaum sebelumnya.

Hakikat ibadah puasa adalah pembersihan jiwa dan pengekangan hawa nafsu. Pengendalian atas hawa nafsu adalah derajat yang membedakan manusia dengan binatang. Allah SWT dalam Al Quran, puasa manifestasi ketakwaan.

Puasa tidak hanya menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi juga menjauhi perkara yang sia-sia dan kata-kata yang kotor. Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan selalu mengamalkannya, kata Rasulullah, maka Allah Ta'ala tidak butuh kepada puasanya. Merekalah orang-orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.

Semangat menjalankan ibadah puasa terkadang membuat kita justru melupakan salah-satu esensi puasa, yakni menahan diri dari segala sesuatu yang berlebihan. Terkadang, kita mampu menahan diri sejak masuk waktu imsyak hingga adzan magrib, namun tidak mampu mengendalikan diri setelah tiba waktu berbuka.

Terkadang pada bulan Ramadhan, porsi makan kita justu meningkat dari kebiasaan. Setiap menjelang Ramadhan dan Idul Fitri selalu dibarengi dengan kenaikan harga kebutuhan pokok, khususnya komoditi makanan. Belanja makanan menjadi penyumbang inflasi utama pada setiap bulan ramadhan.

Apakah ini pertanda bahwa kita berlebih-lebihan dalam konsumsi makanan selama ramadhan? Belum tentu, namun ada baiknya kita introspeksi dan menyimak data-data berikut.

Fenomena belanja makanan berlebih sebenarnya bukan hanya di Indonesia. Belanja makanan dan bahan makanan berlebih juga terjadi negara-negara mayoritas muslim lainnya. Makanan dibeli bukan hanya untuk dimakan sendiri, tapi juga untuk memuliakan tamu. Akan tetapi, antara 15-25% makanan yang dibeli selama ramadhan terbuang begitu saja, menjadi sampah karena tidak sempat dimakan.

Perkara sampah makanan ternyata bukan perkara sepele. Jejak karbon dari sampah makanan sebenarnya menyumbang sekitar 3.3 giga ton emisi gas rumah kaca, yang setara dengan sepertiga emisi tahunan dari bahan bakar fosil. Metana dari sampah makanan di tempat pembuangan sampah adalah 21 kali lebih merusak daripada CO2.

Sepertiga dari 1.3 miliar ton makanan yang terbuang senilai dengan US$750 milyar setiap tahun. Sementara 795 juta penduduk bumi terpaksa tidur dalam kondisi lapar.

Berdasarkan laporan dari Barilla Center for Food and Nutrition, setiap penduduk Indonesia menyumbang rata-rata 300 kg sampah makanan per tahun. Dalam hal ini, Indonesia hanya "kalah" dari Arab Saudi yang menyumbang 427 kg sampah makanan per orang per tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun