Mohon tunggu...
Syamsuddin Din
Syamsuddin Din Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP NEGERI 2 LABUAPI LOMBOK BARAT NTB. di sekolah saya diberi amanah menjadi Urusan Humas.

Saya adalah Guru pendidikan Agama Islam, yang memiliki hobi renang di laut, petualang di gunung dan bersepeda.. saya memiliki satu istri dan empat orang anak yang terdiri-dari dua orang laki-laki dan dua orang perempuan.Kepribadian agamais dan mencintai persahabatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 1.3. a. 9

6 Oktober 2022   16:33 Diperbarui: 6 Oktober 2022   16:36 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3.a.9

Koneksi antar materi modul 1.3.a.9 ini berisi tentang hubungan  antara materi dari pemahaman visi guru penggerak, dan pendekatan manajemen perubahan  inkuiri apresiatif (IA) dengan tahapan BAGJA untuk mewujudkan visi, dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara, dan materi  nilai dan peran guru penggerak.  Calon Guru Penggerak  juga diharapkan dapat menggali peta potensi dan  kekuatan baik dari faktor internal maupun eksternal untuk mewujudkan visi.

Visi merupakan hal besar yang kita harapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Setiap orang memiliki visi masing-masing. Begitu juga dengan kita sebagai guru/ pendidik. Seorang guru sudah sewajarnya dituntut harus  dapat menyusun visi yang jangkauannya jauh melampaui zamannya. Guru bukan sekedar berperan untuk  memindahkan ilmu pengetahuan dan sukses mengantar murid masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, namun lebih dari itu, guru adalah  agen transformasi pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk mutu generasi dari berbagai zaman dan keadaan, dari generasi ke generasi. Apalagi  anak didik kita, akan hidup di zaman atau masa yang berbeda dengan zaman pada saat kita sebagai guru mengajar dan mendidik mereka. Oleh karena itu Visi bukan sekedar pernyataan indah yang menakjubkan, tetapi visi haruslah merupakan tujuan yang akan dicapai dengan penuh perjuangan dan pengorbanan.

Visi seorang guru hendaknya sejalan dengan filosofi pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara, yaitu pendidikan bertumpu pada dua hal yakni kodrat alam dan kodrat zaman. Pada saat merumuskan visi guru harus mengutamakan peserta didik . Sebab sejatinya tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada peserta didik agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 

Guru berupaya mengedepankan kepentingan dan kebutuhan peserta didik, memberdayakan, dan mengajak peserta didik untuk duduk di kursi kendali pembelajaran mereka sendiri. Guru harus selalu menyadari bahwa murid memiliki keunikan dan keunggulan dan perbedaan karakteristik masing-masing sesuai kodratnya. Karena Setiap anak adalah pribadi yang unik, yang khas dan berbeda dengan yang lainnya. Mereka berhak untuk memperoleh perlakuan yang berbeda dan merdeka agar bisa tumbuh dan berkembang dengan bagus. Ibarat benih jagung tidaklah sama perlakuan dengan benih padi. Hal ini tentu sebagai gambaran yang harus dipahami oleh guru selaku petani. Petani yang baik dan profesional  haruslah  mengenal dan paham dengan benih yang di semai.

Sebagai calon guru penggerak dituntut untuk mampu menyadari dan memahami tentang nilai dan perannya. Nilai-nilai yang perlu dipahami dan dijiwai oleh seorang guru penggerak diantaranya; berpihak pada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif dan inovatif. Guru senantiasa mengutamakan kepentingan murid, terus belajar sepanjang hayat sehingga mampu melakukan aksi dan berperan memulai perubahan, mampu mengambil makna setiap pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, mampu membangun daya sanding yang saling percaya dan saling menghargai, serta mampu memunculkan gagasan-gagasan segar yang tepat guna.

Calon guru penggerak juga dituntut harus mampu memahami dan menjalankan perannya, yakni; menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid, dan mampu menggerakkan komunitas praktisi. Dan yang tak kalah urgen, calon guru penggerak pun harus memahami benar  bahwa perannya sebagai transformasi pendidikan dituntut untuk bisa memainkan peran empat dimensi kepemimpinan, yakni; 1. Pemimpin pembelajaran, 2. Pemimpin dalam pengembangan diri dan orang lain, 3. Pemimpin manajemen sekolah, dan yang ke-4. Pemimpin pengembangan sekolah.  Ini bermakna bahwa Sebagai guru penggerak, tugas dan perannya akan melampaui dinding dan pintu kelas tempat mendidik dan mengajar. Karena itu Seorang guru penggerak sudah sepantasnya mampu  mengartikulasi harapan besar mengenai dirinya, peserta didik, rekan sejawat, sekolah dan bangsa  Indonesia dalam kalimat yang dapat menggerakkan jiwa dan hatinya, menyemangati dirinya, dalam perjuangan memajukan pendidikan.  

Oleh karena  itu semua dibutuhkan visi yang jelas, terarah, terukur, dan kontekstual sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Visi yang disusun oleh seorang guru hendaknya berpedoman pada arah  pendidikan di Indonesia saat ini   yakni; Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila bermakna bahwa  pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila,  Pelajar yang terbangun secara utuh sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari keenam dimensi pembentuknya. Sebab  Jika satu dimensi ditiadakan, maka dimensi lain menjadi tidak bermakna. Keenam dimensi tersebut antara lain; 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak  mulia, 2) Mandiri, 3) Gotong Royong, 4) Berkebinekaan global, 5) Bernalar kritis, dan 6) Kreatif.

Sehubungan  dengan peran guru sebagai agen perubahan, dalam melakukan transfomasi pendidikan di sekolah guru penggerak harus memiliki visi dan imaji yang kuat. Untuk menunjang pencapaian  visi dibutuhkan sebuah pendekatan atau paradigma. Dan pendekatan yang saat ini sangat tepat adalah pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA).  IA merupakan sebuah  pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan, dengan menggunakan prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA di sekolah dimulai dengan mengidentifikasi hal-hal baik apa yang sudah ada, mencari cara bagaimana hal-hal baik tersebut dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah yang lebih baik lagi. Pendekatan IA diterapkan dengan melalui tahapan-tahapan yang dikenal dengan BAGJA, B; Buat pertanyaan utama (Define), A; Ambil pelajaran (Discover), G; Gali mimpi (Dream), J; Jabarkan rencana (Design), A; Atur eksekusi (Deliver).

Namun kita pun harus menyadari, bahwa untuk melakukan perubahan di sekolah membutuhkan proses panjang, perjuangan  dan keteguhan dalam menjalankannya. Dalam memulai suatu perubahan tentu akan menemui berbagai hambatan, tantangan,  dan beban berat lainnya. Tetapi, kita harus  yakini  jika dilakukan secara konsisten dan perlahan  perubahan positif akan bisa menjadi kebiasaan sesuai dengan yang diinginkan. Adapun Visi saya sebagai calon guru penggerak adalah: "Meningkatkan insan yang "BERDIKARI" dalam Era Digital. Berdikari adalah sebuah visi dalam bentuk istilah yang populer, mudah diingat tetapi sarat dengan unsur makna Profil Pelajar Pancasila. Berdikari adalah akronim dari Berdaya saing, mandiri, kreatif, dan Religius.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun