Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Masih Maukah PKS "Berjudi" dengan Prabowo?

22 Maret 2019   07:44 Diperbarui: 22 Maret 2019   08:50 2076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Koalisi PKS dan Gerindra/Detik.com

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah satu-satunya partai koalisi yang setia berkoalisi bersama Partai Gerindra besutan Prabowo Subianto. Ketika partai-partai lain yang sedari awal memberikan dukungan kepada Prabowo di Pilpres 2014, hanya PKS yang tak tertarik mendekati Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) ketika Prabowo kalah. 

PKS setia menemani Gerindra di bangku oposisi, sedangkan Partai Amanat Nasional (PAN) tergiur ke Istana. Berbeda dengan Demokrat yang lebih memilih sebagai penyeimbang, tak memihak Pemerintah atau Oposisi.

Tentu saja, apa yang dilakukan PKS dalam kancah politik nasional, tak bisa dipisahkan dari visi dan misi PKS di Indonesia. Meskipun, Prabowo dan Gerindra tak ubahnya dengan PDI Perjuangan yang berjiwa nasionalis, namun PKS melihatnya tidak demikian.

Bagi PKS, Jokowi dan PDI Perjuangan sudah final dengan NKRI dengan Pancasila dan UUD 1945-nya. Sedangkan Gerindra dan Prabowo, sepertinya tidak. Alasannya, Gerindra tampaknya tetap membuka pintu terhadap ormas-ormas yang dituding ingin mengubah NKRI menjadi negara dalam bentuk kekhilafahan, dan PKS begitu dekat dengan hal yang demikian.

Apa yang dilakukan Gerindra, bukan semata membuka pintu dukungan. Namun, ada hal lain, setidaknya dukungan itu hanya dimaknai sebagai upaya memenangkan kontestasi Pilpres 2019. Dengan kata lain, jika iblis mau mendukung dan memenangkan Prabowo di Pilpres 2019,  pintu dukungan iblis pun akan dibuka lebar-lebar. Istilahnya, yang penting menang dulu, soal bagi-bagi kekuasaan, dibicarakan nanti setelah berkuasa. 

Itulah yang dialami PKS. Sejak 2014 begitu setia mendukung Prabowo, bahkan tak mengecap manisnya kursi Kabinet, PKS tetap setia dan berharap mendapat balasan dari buah kesetiaannya itu.

Namun, waktu telah menjawab. Pilpres 2019, Gerindra dan kawan-kawan koalisinya mengusung Prabowo-Sandi untuk melawan Jokowi-Ma'ruf. Secara hitung-hitungan mitra koalisi, semestinya kursi Cawapres menjadi hak mutlak PKS. Bagaimanapun, di Pilpres 2014, kader Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa sudah merasakan manisnya kursi calon wakil presiden mendampingi Ketum Gerindra Prabowo Subianto.

PKS tidak hanya "ditendang" dari cawapres Prabowo, PKS juga hanya diiming-imingi kursi Wagub DKI yang ditinggalkan Sandiaga Uno. Namanya juga iming-iming, kan PKS juga pernah diiming-imingi kursi bakal Cawapres, namun di penghujung waktu semuanya berubah.

Hingga saat ini, kursi Wagub DKI ternyata belum pasti menjadi hak PKS. Sepertinya Gerindra menunggu hasil Pilpres. Ini pertaruhan. Jika Prabowo-Sandi menang, bisa saja kursi Wagub diberikan ke PKS. Namun, jika kalah, tentu saja kursi itu kembali ke Gerindra.

Bagaimana PKS? Masih mau bertaruh dengan Gerindra? Bukankah judi itu diharamkan di dalam akidah Islam?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun