Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kubu Prabowo-Sandi, Jangan karena Kalah Debat, Alasan pun Dibuat-buat!

25 Februari 2019   11:58 Diperbarui: 26 Februari 2019   06:29 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase Debat Capres Jokowi dan Prabowo/ Diolah dari TheJakartaPost.com dan TribunNews.com

Ternyata, kebiasaan cari-cari alasan karena kekalahan, bukan hanya terjadi di cabang olahraga. Di bidang politik pun, bisa juga terjadi, loh! Kekalahan dalam debat capres, membuat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi mencari-cari alasan untuk menutupi ketidakmampuan pasangan yang diusungnya berdebat menghadapi presiden petahana Joko Widodo (Jokowi).

Sekadar untuk diketahui, sedikitnya ada dua tujuan dilaksanakannya debat calon presiden dan wakil presiden di Pilpres 2019. Pertama, melalui debat, diharapkan publik dapat melihat sejauh mana visi-misi, baik pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno dalam rencananya memimpin Indonesia. Sedangkan yang kedua, debat juga  bisa menjadi referensi bagi swing voters, atau pemilih pemula untuk menentukan pilihannya.

Oleh karena itu, debat pilpres ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pesta demokrasi, yang tujuan utamanya memilih pemimpin terbaik untuk lima tahun kedepan.

Namun, dalam dua kali debat Pilpres 2019 yang diadakan Komisi Pemilihan Umum (KPU), kenyataannya kubu Prabowo-Sandi selalu 'kedodoran' hingga terjebak dengan narasi yang diciptakannya sendiri selama ini, seperti informasi tanpa data, hoax, dan juga sikap pesimisme yang berlebihan.

Pada debat pertama yang diadakan 17 Januari 2019 misalnya, Prabowo 'dipermalukan' Jokowi dengan kejadian yang menimpa salah seorang juru bicaranya, yaitu Ratna Sarumpaet. 

Ratna Sarumpaet yang sebelumnya dianggap telah dianiaya beberapa pemuda di Bandung, hingga membuat pemberitaannya menjadi viral, yang tentu saja hal ini bisa 'mencoreng' Pemerintahan Jokowi sebagai penanggung jawab keamanan Tanah Air. Namun, kemudian terbukti,  wajah lebam dari seniman yang dikenal dengan monolog "Sarinah Menggugatnya" itu lantaran operasi plastik.

Begitu pula di debat kedua, 17 Februari 2018. Prabowo kembali dipermalukan dengan ucapannya sendiri yang selalu dilontarkan di setiap kesempatannya berorasi di depan pendukungnya, yaitu mengenai segelintir orang yang dianggapnya menikmati kekayaan alam Indonesia.

Ketika berbicara tentang kebijakan pertanahan, sindiran Prabowo itu, akhirnya dipatahkan Jokowi bahwa dirinya tak pernah memberikan hak penguasaan hutan atau lahan seperti yang dituduhkan selama ini.

Sebagai jawaban atas segelintir orang yang dianggap Prabowo menguasai kekayaan alam Indonesia, Jokowi membuka fakta bahwa selama ini Prabowo telah menguasai lahan di Kalimantan Timur dengan luasan sekira 220.000 hektar dan di Aceh Tengah seluas 120.000 hektar.

Ya, itulah kritik Prabowo kepada Jokowi selama ini, yang akhirnya memercik wajahnya sendiri. Serasa membuka 'boroknya' sendiri.

Diakui atau tidak oleh kubu Prabowo-Sandi, debat kedua ini jelas-jelas dikuasai Jokowi. Tak tanggung-tanggung, anggapan ini juga datang dari banyak pengamat, di antaranya pengamat politik The Habibie Center Bawono Kumoro, yang menilai bahwa Jokowi memanfaatkan data-data sebagai basis argumen ketika menjawab pertanyaan debat,baik dari panelis maupun dari lawan debatnya.

Begitu juga, hal yang sama disampaikan pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing. Emrus menilai data-data yang digunakan Jokowi dijadikan sebagai serangan yang begitu terukur dalam menghadapi Prabowo.

Sebagai akibat dari tidak ksatrianya menerima kekalahan, BPN Prabowo-Sandi memberikan pernyataan yang aneh-aneh, di antaranya tudingan bahwa Jokowi menggunakan alat komunikasi, sejenis earphone atau earpice, bahkan termasuk yang berbentuk pulpen.

Selain itu, ketika debat kedua usai digelar, sejumlah anggota BPN Prabowo Subianto-Sandiaga Uno melakukan protes kepada komisioner KPU. Mereka memprotes langkah Jokowi yang menyinggung lahan yang dikuasai Prabowo, karena dianggap menyerang personal Ketua Umum Partai Gerindra itu. Karena itu,  BPN pun merencanakan melaporkan Jokowi ke Bawaslu, namun kabarnya Prabowo melarangnya.

Alasan lain yang juga dicari-cari,  Jokowi yang dianggap memberikan pertanyaan seputar Unicorn, yang sepertinya begitu gagap dijawab Prabowo.

Mengapa BPN atau kubu Prabowo-Sandi tak sedikit pun mau mengintrospeksi diri bahwa petahana, dengan segala pengalaman dan kelebihannya tentu saja lebih menguasai persoalan. Tidak cukup alasan apa yang dilakukan Jokowi dianggap sebagai bentuk serangan pribadi. 

Tentu saja, Jokowi tak akan menyinggung soal lahan yang dimiliki Prabowo, seandainya Prabowo sendiri tidak menyinggung soal segelintir orang yang ditudingnya menikmati kekayaan alam Indonesia. Apa yang dikritik Prabowo, bukanlah kebijakan yang dilakukan di masa Pemerintahan Jokowi, sehingga Jokowi pun berhak membela diri dari tudingan tersebut.

Dengan kata lain, karena ketidakmampuan berdebat, jangan lantas mencari-cari alasan yang tidak perlu. Apalagi jika semua itu justru memercik wajah sendiri!

Salam dan terima kasih!

Sumber:

  1. TribunNews.com (18/02/2019) : "Pengamat Sebut Data sebagai Senjata Jokowi di Debat Kedua, Prabowo Berkutat di Narasi Besar"
  2. Detik.com (18/02/2019): "TKN Bantah 'Jokowi Pakai Earpiece Saat Debat': Tuduhan Itu Mengada-ada"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun