Mohon tunggu...
syaifullah
syaifullah Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Pensil

Goresan pensil pikiran tak terhapus jaman

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Maafkan aku, Ayah

22 Februari 2021   10:17 Diperbarui: 22 Februari 2021   10:42 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lelaki itu yang mengajarkan
Dalam diamnya ada ketegasan
Yang kuartikan pemalas yang arogan
Hanya bisa marah tak sesuai harapan

Tapi sejak lalu menyiapkan yang terbaik
Sedikit bahkan tak ada yang memahami
Disimpan rapih dalam wasiat masa depan
Hanya untuk penerus yang diandalkan

Tak bisaku terima jalan pikirannya
Seperti misteri yang engganku ungkap
Pesimis dengan permainan aturannya
Arogan aku menanggapi alur ceritanya

Liar tak menuruti selera gayamu
Aku hidup dalam waktuku yang marah
Lari melukis jalanku sendiri di luar
Memendam benci yang terpuruk mimpi

Kini aku diposisimu yang dahulu
Aku takut karma menggigit langkahku
Sekarang ku mengerti sikapmu itu
Memang keras tapi untuk kebaikanku

Ayah, maafkan anakmu yang durhaka
Walau kini ku tahu kau tak ada dendam
Kasihmu baru aku rasa saat ragamu renta
Ijinkan aku memelukmu dalam penyesalanku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun