Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Swasembada Industri Pertahanan (79): Mengurangi Jejak Karbon

17 November 2024   13:28 Diperbarui: 17 November 2024   13:29 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam dunia yang semakin rentan terhadap perubahan iklim, perhatian terhadap keberlanjutan tidak lagi menjadi tanggung jawab sektor sipil semata. Industri pertahanan, yang kerap diasosiasikan dengan penggunaan sumber daya secara masif dan berdampak besar terhadap lingkungan, kini menghadapi tekanan untuk mengurangi jejak karbonnya. Tuntutan ini tidak hanya bersifat moral tetapi juga strategis, mengingat bahwa ancaman perubahan iklim dapat merongrong stabilitas global yang berusaha dipertahankan oleh sektor ini.

Tantangan Keberlanjutan dalam Industri Pertahanan

Industri pertahanan dikenal sebagai salah satu sektor yang sangat intensif dalam penggunaan energi. Mulai dari manufaktur peralatan militer hingga operasi di lapangan, semua tahapannya menghasilkan emisi karbon dalam jumlah besar. Misalnya, pesawat tempur generasi terbaru seperti F-35 Lightning II mengonsumsi lebih dari 4.000 liter bahan bakar per jam saat beroperasi penuh. Angka ini menunjukkan betapa tingginya jejak karbon yang dihasilkan oleh hanya satu unit. Bila dikalikan dengan skala operasional global, kontribusi sektor ini terhadap perubahan iklim menjadi sangat signifikan.

Namun, mengurangi jejak karbon di sektor pertahanan tidak semudah pada sektor lain. Persoalan utamanya adalah kebutuhan untuk menjaga kemampuan operasional dan keamanan nasional. Berbeda dengan sektor transportasi sipil yang dapat beralih ke kendaraan listrik secara bertahap, alat utama sistem senjata (alutsista) harus tetap berfungsi optimal di berbagai medan, termasuk dalam kondisi ekstrem yang tidak mendukung teknologi hijau tradisional.

Selain itu, keberlanjutan di industri pertahanan kerap bertabrakan dengan realitas geopolitik. Negara-negara sering kali mempercepat modernisasi militer mereka untuk menghadapi ancaman keamanan, tanpa banyak mempertimbangkan dampak lingkungan. Ini menciptakan paradoks: upaya menjaga keamanan dapat mempercepat kerusakan lingkungan yang pada akhirnya mengancam keamanan itu sendiri.

Inisiatif Global Menuju Pertahanan Ramah Lingkungan

Walaupun menghadapi tantangan besar, ada sejumlah inisiatif yang mulai diambil oleh berbagai negara untuk mengurangi jejak karbon di sektor pertahanan. Salah satu contoh yang menonjol adalah program Net Zero 2050 dari Kementerian Pertahanan Inggris. Dalam program ini, Inggris berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon dari operasional militernya hingga nol bersih pada tahun 2050. Mereka telah mulai menguji kendaraan militer berbasis hidrogen serta mengintegrasikan teknologi panel surya pada pangkalan militer untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Demikian pula, Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) telah mengembangkan strategi keberlanjutan yang mencakup penggunaan energi terbarukan di pangkalan militer dan adopsi kendaraan listrik. Salah satu proyek ambisiusnya adalah Fort Carson Solar Array, fasilitas tenaga surya terbesar di pangkalan militer yang mampu mengurangi emisi hingga 3.000 ton karbon dioksida per tahun. Selain itu, AS juga menginvestasikan dana besar dalam penelitian dan pengembangan bahan bakar alternatif untuk pesawat tempur dan kapal perang.

Di Asia, Jepang menjadi salah satu negara yang memelopori penggunaan teknologi efisiensi energi dalam kapal perang. Misalnya, kapal kelas Aegis mereka kini dilengkapi dengan sistem propulsi hibrida yang mengurangi konsumsi bahan bakar hingga 20%. Upaya serupa juga dilakukan oleh Korea Selatan yang tengah mengembangkan tank generasi terbaru dengan sistem energi hybrid-electric.

Manfaat Strategis dari Keberlanjutan di Sektor Pertahanan

Menerapkan praktik keberlanjutan di sektor pertahanan tidak hanya berfungsi sebagai langkah moral untuk melindungi lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat strategis. Salah satu keuntungan utama adalah peningkatan efisiensi operasional. Dengan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, unit militer dapat mengurangi kerentanannya terhadap gangguan pasokan energi, terutama dalam konflik yang melibatkan blokade atau embargo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun