Mohon tunggu...
SR W
SR W Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia

Yow yow yow

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kekurangan Pendidikan di Indonesia

12 Agustus 2018   15:50 Diperbarui: 12 Agustus 2018   16:08 2533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk kehidupan. untuk menjawab banyaknya persoalan bangsa, pendidikan bisa dianalogikan sebagai mata pisau yang digunakan untuk membelah 'Buah persoalan bangsa'. demi memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam hal ini sudah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah seperti; memberikan standar kewajiban anak bersekolah selama 12 tahun, mengadakan sekolah gratis, dll.

Menurut laporan PISA 2015 - program yang mengurutkan kualitas sistem pendidikan di 72 negara, - Indonesia menduduki peringkat 62. Dua tahun sebelumnya (PISA 2013), Indonesia menduduki peringkat kedua dari bawah atau peringkat 71. Sedangkan Negara yang memiliki sistem pendidikan terbaik menurut laporan pisa adalah: 

  1. Singapura,
  2.  Jepang,
  3.  Estonia,
  4.  Taipei,
  5.  Findlandia. 

Selain itu, NJ MED merilis hasil Polling Pendidikan Nasional - disusun dari bermacam sumber data, di antaranya PISA - yang mengurutkan sistem pendidikan 209 negara untuk memperlihatkan bagaimana negara-negara menyiapkan generasi muda mereka untuk sistem ekonomi abad ke-21 yang berbasis pengetahuan dan global.

5 negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia versi NF MED 2017:

  1. Finlandia
  2. Jepang
  3. Korea Selatan
  4. Denmark
  5. Russia

mengutip dari laman lifestyle.kompas.com mengenai pernyataan Anies Baswedan yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada periode (2014-2016) di Kabinet Kerja Jokowi-Jk dalam pertemuan dengan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota seluruh Indonesia, Anies sangat menyayangkan Indonesia tidak belajar dari buku berjudul "Taman Siswa" Karangan Ki Hadjar Dewantara.

"Bapak Ibu tahu, kalau buku karangan Ki Hadjar Dewantara jadi referensi di Finlandia. Di kita, buku itu tidak dibaca, tetapi mereka (Finlandia) sudah mempraktikkan dan mempesona dunia!" kata Anies di Jakarta, Senin (1/12/2014)

"Tidak ada rotan akarpun jadi"

meski banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah, tidak bisa dipungkiri bahwa masalah pendidikan ini bukanlah persoalan mudah, mulai dari sistem belajar, kualitas pengajar, peran orang tua dsb. dari semua hal itu, sebenarnya inti dari permasalahan ini adalah para pelajar yang berperan sebagai 'konsumen'. jika salah satu indikator negara maju dilihat dari kualitas SDM dari segi ilmu pengetahuan, yang adalah hasil dari sistem pendidikan berarti bukan salah pengajar ataupun pemerintah yang berperan sebagai produsen, melainkan konsumen itu sendiri yang tidak berminat pada 'produk' yang ditawarkan secara mudah bahkan digratiskan.

minat belajar inilah yang seharusnya dipikirkan oleh pemerintah agar kualitas SDM di Indonesia meningkat. jika saja pendidikan bisa dikemas sedemikian rupa  (seperti Susu Kental Manis yang 'menyesatkan' para konsumennya selama bertahun-tahun.) agar terlihat lebih menarik dimata para konsumen.

pemerintah bisa belajar dari kasus Susu Kental Manis yang belakangan ini ramai diperbincangkan. pertanyaannya "bagaimana bisa selama ini produk yang sebenarnya berbahaya justru mendapat banyak konsumen, sedangkan pendidikan adalah produk yang baik tapi tidak mendapat banyak konsumen?"

jika saja pemerintah memiliki strategi pemasaran seperti yang dilakukan oleh produsen susu kental manis, pasti minat belajar akan lebih besar. karena kita tahu sekolah bukanlah satu-satunya institusi yang mampu menempa manusia menjadi lebih berkualitas. intinya adalah belajar, dan itu bisa dilakukan dan didapatkan dimana saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun