Mohon tunggu...
Azri Syahrul Fazri
Azri Syahrul Fazri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis adalah hobi, Membaca adalah kebutuhan, Mengabadikan adalah sejarah

Yang lebih sulit dari mencari ide adalah bagaimana ia dapat menuangkan idenya ke dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hubungan Logika dan Perasaan

4 September 2021   10:11 Diperbarui: 5 September 2021   01:12 11615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fsolusik.com%2Fdilema-logika-pikiran-perasaan

Sebelum penulis membahas tentang judul, perlu pembaca ketahui bahwasannya tulisan ini berasal dari keresahan hati yang merangsang logika untuk menulis hal ini. Ya seperti itulah kadang-kadang manusia, jika hanya terus dipendam mungkin tidak akan pernah tenang. Jadi menulislah jika itu bisa menenangkanmu, hehe so bijak banget.

Dalam hal ini ada dua kata kunci yang akan penulis bahas, yakni logika (akal) dan perasaan (hati). Jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), logika ialah pengetahuan tentang kaidah berpikir, ilmu mantik, dan jalan pikiran yang masuk akal. Sedangkan perasaan ialah feel (rasa) atau keadaan batin sewaktu menghadapi (merasai) sesuatu. 

Simpelnya, logika itu sesuatu yang masuk akal dan perasaan itu reaksi hati terhadap suatu keadaan. Oke, mungkin penulis gak akan panjang lebar seputar pengertian logika dan perasaan. 

Detailnya kalian bisa cari sendiri dari sumber lain atau bahkan sumbernya mungkin diri kalian sendiri yang  sedang banyak pikiran dan banyak memendam.

Perlu kita ketahui, bahwa sebenarnya terdapat hubungan antara logika dan perasaan. Seperti apakah hubungan keduanya? Apakah harmonis, apakah sering bertengkar, atau apakah kadang harmonis kadang pula bertengkar? 

Pastinya kita sendiri lebih tahu bagaimana situasi hubungan keduanya. Oke kembali ke topik, lalu seperti apasih hubungan antara logika dan perasaan.

Pada dasarnya logika lebih mengutamakan pada hal-hal yang konkret, seperti cara berpikir, analisis, observasi, dan sesuatu yang mungkin diterima oleh akal. Kemudian, perasaan pada dasarnya lebih menekankan pada feel, batin, dan seuatu yang terjadi pada hati yang bersifat abstrak. 

Meskipun keduanya cukup berbeda jauh dari segi pengertian, justru itulah hubungan kedunya. Kita tahu sendiri bahwa manusia hidup harus saling melengkapi dan toleran satu sama lain, begitu pula logika dan perasaan. 

Kita ambil contoh, ada kalanya perasaan memupuk kebencian terhadap seseorang yang amat berlebihan. Maka di situlah peran logika, di mana ia harus menjadi penenang bahwasanya kebencian tidak akan menuntaskan permasalahan dan tidak akan membuat perasaan menjadi tenang. 

Di sisi lain, ada kalanya juga logika merasa penat, lelah, dan sulit berpikir jernih. Maka saat logika buntu, perasaan akan membimbing dengan batin dan hati nuraninya. 

Hubungan keduanya lahir dari perbedaan yang saling melengkapi. Lalu, bisakah kita melogikakan perasaan? Ada dua kemungkinan jawaban yang pasti, bisa 'Iya' bisa pula 'Tidak.' Logika memang bisa memahami dan memberi jalan keluar terbaik saat perasaan merasakan hal-hal yang tidak masuk akal (tidak logis).

Namun di sisi lain, tidak semua yang kita rasakan dapat dipikirkan jalan keluarnya oleh logika. Bahkan, jika dipikirkan dengan logika malah memperkeruh keadaan. Perasaan akan lebih mengedepankan simpati batin dan lebih memasrahkan suatu keadaan kepada Yang Maha Kuasa. Itulah mengapa terkadang kita tidak selalu bisa melogikakan perasaan.

Karena simpati batin tersebut, kita terkadang rela terluka demi kebahagiaan orang lain. Intinya bisa atau tidak, itu tergantung diri kita sendiri. Ya meskipun hal itu membuat diri kita atau orang lain terluka, kita harus siap menerima konsekuensi terhadap keputusan yang telah kita buat. 

Pada akhirnya begitulah hubungan antara logika dan perasaan. Disuatu saat mereka bisa tentram, harmoni, dan saling melengkapi. Tetapi di sisi lain mereka bisa bertengkar, egois, dan simpati yang melahirkan luka. 

Beruntunglah manusia dikaruniai keduanya, kita bisa belajar beradaptasi dan toleran terhadap apapun yang menimpa dalam hidup ini. Kita tahu, bahwa suka dan duka akan terus beriringan dalam hidup, maka kita dituntut untuk bisa mengolah dan mengelola cara kerja logika juga perasaan sebaik-baiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun