Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Jakarta

21 Maret 2021   11:22 Diperbarui: 21 Maret 2021   21:20 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langit Jakarta di Malam Hari (Sumber: www.pixabay.com)

-buat Fe

Kita tidak akan tumbuh menjadi ingatan yang lain, Fe
Kecuali kau temukan seseorang yang menyimpan doa-doa
Di bawah langit ibu kota

Suatu kali ia datang dan terseret oleh keinginannya sendiri
Pada pipinya kau lihat mendung merekah
Dan jarak di langkah kakinya meninggalkan tempat tinggal yang jauh

Dikelilingi suasana ramai;
Macet, sibuk, asing, sesak
Riuh di dadanya adalah keresahan orang-orang tak tahu jalan

Sesudah suatu hari yang lelah
Ia mengeluh
Tiba di satu penginapan atau rumah sewa termurah yang masih terlalu mahal bagi kantongnya
Di pinggiran kota
Cahaya lampu warna-warni mengubah malamnya
Dimanjakan lanskap gedung-gedung
Kerlap lampu-lampu mobil di kejauhan

Ia berkata:
Datang ke Jakarta ialah kekalahan yang indah

Tuhan tak memberinya banyak hari yang panjang
Sebab ia pengunjung dengan waktu terbatas

Satu hari sebelum pulang
Ia tersesat saat akan menuju stasiun
Sebelum sampai di sebuah gerbong
Ia melihat kereta-kereta melintas
Tak tersentuh
Segalanya terjadi secepat itu
Kita berlalu seperti itu

Sehingga mungkin
Kita tidak akan tumbuh menjadi ingatan yang lain, kecuali...

Kau kenang aku, Fe,
Sebagai pejalan tersesat di peron itu,
yang kau tidak mengatakan di mana arahnya–kecuali selamat jalan yang diakhiri tanda tanya:
Apakah kita berpisah?

Dari dalam kereta ia melihat hal-hal yang dilewatinya
Dari luar kau bisa melihatnya menjauh–pulang, perlahan-lahan
Dan di dalam hatinya kau berakhir seperti Jakarta
Yang macet, penuh, sibuk, dan menyesakkan

Karena ia pendatang;
Terjebak, kosong, kesepian, dan mengeluh
Tapi tidak ingin pulang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun