Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen (IL) | Di Halte Ini

28 Maret 2020   16:36 Diperbarui: 28 Maret 2020   18:22 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pixabay.com

Jatuh cinta itu manis, kata seorang (yang sepertinya adalah) mahasiswa kepada temannya selagi mereka dan aku sama-sama menunggu bus di Halte Kilometer 25 Martapura ini.

Ya, aku sedikit tersenyum dan mengiyakannya di dalam hati. Aku sendiri sudah lebih tua enam tahun dari masa jatuh cinta yang indah itu. Namun mendengar percakapan mereka, seakan-akan segala sesuatunya baru terjadi kemarin.

Seketika bayangan akan beban pekerjaan yang menunggu di kantor aku kesampingkan. Halte ini memang selalu memiliki kekuatan magis untuk membuatku merenung. Untuk membuatku berhenti menyangkal bahwa ternyata aku memang belum bisa menemukan sosok perempuan ini dalam diri perempuan lain. Atau sekadar untuk mencari penggantinya.

Kinan, mengingat dan menyebut namanya akan selalu membuat aku tersenyum dalam kesedihan.

Aku dan Kinan pernah bertemu di dalam sebuah bus yang juga berhenti di halte ini. Saat itu aku adalah mahasiswa semester pertama. Di dalam bus, aku tengah mengerjakan tugas dari mata kuliah Ekonomi Mikro yang akan dikumpul hari itu juga. Memang, salah satu kebiasaan burukku sejak SMP adalah mengerjakan banyak hal dengan mengandalkan sistem SKS (Sistem Kebut Semalam). Aku sering terlena dengan waktu. Aku sering menganggap remeh sesuatu. Aku selalu berkeyakinan bahwa segalanya bisa aku selesaikan dengan cepat.

Dengan terburu-buru aku mengeluarkan buku dan pulpen dari dalam tasku tanpa menghiraukan seorang perempuan yang sedari tadi duduk di sebelahku. Setidaknya begitu, sampai ia mengatakan sesuatu.

"Buru-buru amat, Mas?"

Aku menoleh dengan senyuman hambar, "Iya."

Aku baru menyadari setelah menolehnya bahwa sejak dari tadi ia memerhatikanku dari ujung kaki hingga rambut.

"Maaf, ada apa, ya, Mbak?" tanyaku karena merasa agak terganggu.

"Mahasiswa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun