Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Upaya Mengasihani Diri Sendiri

5 Desember 2019   01:15 Diperbarui: 5 Desember 2019   06:47 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasa-rasanya, dunia memang sudah semakin tua dan kejam.
Kita sama-sama tahu.
Dan kau tahu? Aku ingin lebih banyak tidur. Atau setidaknya menguap lebih sering dalam perjalanan.
Atau merasa lebih jantan ketimbang
ayam jantan yang membangunkan tidur kita itu.

Aku tidak cukup istirahat belakangan ini, kadang merasa patah hati sendiri.
Membaca buku-buku kiat sukses dan motivasi hidup, malah hanya membuatku merasa menjadi manusia yang semakin konyol. Kata-kata orang hanya terdengar lebih baik dan bijak hanya karena (mungkin) mereka tidak memiliki laporan atau proposal yang mesti diselesaikan, atau protes orang-orang  jompo kurang mampu yang tidak dapat sembako gratis.

Aku ingin berbaring sebentar
di antara nyamuk yang mendengung. Lalu bertanya apakah diriku sudah makan? Aku harus tetap bernafas dan bertambah gemuk, dengan telapak tangan yang menepuk-nepuk perut yang kian buncit. Ya, sepertinya begini lebih baik. Karena kesejahteraan hidup memang mulai sering digambarkan demikian.

Apa kabar aku?
Sudah lama rasanya aku tidak berbincang kepada diriku sendiri.
Apakah aku bahagia?
Bagaimana hari-hariku?
Adakah hal buruk yang aku alami belakangan ini?
Tidur jam berapa aku tadi malam?

Aku tahu aku baik. Tapi mungkin tidak sehat. Makanan berlemak yang kumakan setiap hari akan membuat tingkat kolestrolku lebih tinggi.
Telur dadar serta kacang goreng yang sering kumakan hanya akan menambah jerawat di pipi. Dan kopi yang terus kuminum akan mempercepat penuaan dini. Ditambah lagi, aku sering begadang. Aku sungguh merasa kasihan pada diriku sendiri.

Tapi siapa kita di antara dunia yang semakin sempit ini? Terhimpit gedung-gedung dan kesulitan bernafas. Bertemu orang asing lebih sering. Berjabat tangan dan bertukar senyuman, untuk kemudian asing kembali. Memandang bokong seorang wanita sewaktu lampu merah sedang menyala justru menjadi hiburan tersendiri. Kita kesepian, dan sepertinya, berbicara dengan diri sendiri adalah pilihan yang lebih baik.

Aku sungguh baik-baik saja.
Hari-hariku cukup menyenangkan.
Meski memang cukup banyak hal sulit yang aku alami belakangan ini.
Seperti kumis yang tidak kunjung tumbuh, dan kucingku yang tidak kunjung pulang.

Aku sudah membaca ramalan cuaca untuk seminggu ke depan dari ahli nujum yang kutonton di televisi.
Dia berkata hujan akan turun lebih sering. Tetapi aku tidak memiliki jaket untuk dipakai. Maukah kau kuajak berpelukan? Jika tidak, bagaimana kalau kita berjoget saja? Maksudku, merayakan hujan yang turun, seperti yang sering kita tangkap dari film-film India.

Kita tidak perlu takut sakit walau kadang dingin memang bisa membunuh.
Aku sudah (terpaksa) membeli obat penyembuh berbagai macam penyakit dari pedagang yang terlalu banyak bicara di pasar ikan.

Kau mau? Tentu, aku tahu. Karena memang tidak akan ada yang mencintai aku melebihi diriku sendiri.
Kau satu-satunya orang yang tidak akan meninggalkanku atas kehidupanku di dunia yang semakin tua dan kejam ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun