Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hadir Sepenuhnya dalam Proses Belajar

18 April 2025   08:25 Diperbarui: 18 April 2025   08:25 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi.  Sumber foto: Canva

Di tengah tantangan dunia pendidikan yang kian kompleks, guru dituntut tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga pendamping kesadaran siswa dalam belajar. Salah satu pendekatan yang semakin relevan diterapkan adalah mindfulness, atau kesadaran penuh. Bukan sekadar tren psikologi modern, mindfulness dalam pembelajaran adalah sebuah praktik mendalam yang mendorong siswa untuk hadir secara utuh—baik secara mental maupun emosional—dalam proses belajar.

Mindfulness dalam kelas bukan tentang mengajarkan meditasi panjang atau praktik spiritual, melainkan tentang menciptakan ruang agar siswa bisa menyadari keberadaannya di ruang belajar. Ini penting karena banyak siswa menjalani proses belajar secara autopilot—fisiknya ada, tetapi pikirannya mengembara entah ke mana. Inilah yang membuat pembelajaran sering kali kehilangan makna. Praktik mindfulness menawarkan cara untuk mengembalikan fokus dan kehadiran itu, dengan cara-cara yang sederhana namun berdampak besar.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Salah satu langkah awal yang bisa dilakukan guru adalah memulai pelajaran dengan latihan pernapasan selama satu hingga dua menit. Kegiatan ini tampak sederhana—menarik napas dalam-dalam, duduk tenang, mungkin dengan mata tertutup—tetapi efeknya bisa signifikan. Dalam momen singkat itu, siswa dilatih untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk pikirannya, meninggalkan distraksi, dan memusatkan perhatian pada saat ini. Ini bukan hanya menyiapkan otak untuk menerima pelajaran, tapi juga menenangkan sistem saraf yang mungkin teraktivasi oleh kecemasan atau kebosanan.

Langkah berikutnya yang tak kalah penting adalah refleksi singkat sebelum belajar. Pertanyaan seperti "Apa tujuan kalian belajar hari ini?" atau "Apa yang ingin kalian capai dari pelajaran ini?" mendorong siswa untuk tidak hanya menjadi konsumen materi, tapi subjek yang sadar akan prosesnya. Dalam dunia yang terburu-buru, pertanyaan reflektif semacam ini adalah bentuk perlawanan terhadap pola pikir instan. Ia menanamkan nilai bahwa belajar bukan hanya soal hasil, tetapi proses yang penuh kesadaran.

Selama proses pembelajaran berlangsung, guru juga bisa menyisipkan teknik "Pause and Process"—jeda sejenak yang memberi ruang bagi siswa untuk merenung. Alih-alih terus menerus membombardir dengan informasi, guru bertanya, "Apa yang baru saja kalian pahami?" atau "Bagaimana ini terkait dengan kehidupan kalian?". Di sinilah transfer pengetahuan bertransformasi menjadi pemaknaan. Siswa tidak hanya menyimpan informasi, tetapi juga mengintegrasikannya dengan pengalaman mereka sendiri.

Mindfulness juga bisa diterapkan dalam bentuk pengamatan sadar saat belajar aktif. Misalnya, ketika siswa diminta mengamati sebuah fenomena alam, gambar, atau tayangan video, mereka diarahkan untuk mencatat pengamatan secara penuh perhatian, tanpa tergesa-gesa. Guru membimbing mereka untuk benar-benar hadir dalam proses observasi itu—melihat, mendengar, dan merasakan apa yang sedang mereka pelajari. Proses ini mengajarkan bahwa belajar bukan hanya soal “tahu” tetapi juga “merasakan”.

Terakhir, pelajaran ditutup dengan refleksi akhir. Pertanyaan seperti "Apa yang sudah dipelajari hari ini?" dan "Bagaimana perasaan kalian setelah belajar?" mengajak siswa merekam prosesnya secara emosional dan kognitif. Refleksi ini bukan sekadar evaluasi, tetapi latihan kesadaran—menyadari bahwa mereka berkembang, satu pelajaran demi satu pelajaran. Di sinilah mindfulness menjadi jembatan antara kognisi dan afeksi, antara pengetahuan dan kemanusiaan.

Lebih dari sekadar metode, mindfulness adalah filosofi pendidikan yang menempatkan manusia sebagai pusat proses belajar. Ia mengajarkan bahwa siswa bukan sekadar objek yang diisi, melainkan subjek yang sedang tumbuh dan mencari makna. Ketika siswa diajak untuk menyadari prosesnya, mereka tak hanya menjadi lebih fokus, tetapi juga lebih bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri.

Dalam praktiknya, penerapan mindfulness tidak memerlukan alat atau ruang khusus. Cukup dengan niat dan konsistensi dari guru, kelas bisa menjadi ruang yang lebih tenang, lebih reflektif, dan lebih bermakna. Guru yang menerapkan mindfulness juga akan merasakan manfaatnya secara personal—menjadi lebih sabar, lebih peka terhadap kebutuhan siswa, dan lebih sadar dalam menjalani perannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun