Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Otak Kita Rusak karena HP? Antara Fakta dan Ketakutan

8 April 2025   08:32 Diperbarui: 8 April 2025   08:56 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi.  Sumber foto : Canva

Belakangan ini, kekhawatiran tentang dampak penggunaan HP terhadap kesehatan otak makin sering terdengar. Istilah “brain rot” atau “otak membusuk” ramai diperbincangkan di media sosial. Banyak yang mengklaim bahwa terlalu sering menatap layar HP bisa merusak fungsi otak, membuat kita sulit berkonsentrasi, mudah lupa, bahkan merasa mental jadi “tumpul”. Namun, sebelum kita panik dan menyalahkan teknologi sepenuhnya, ada baiknya kita menelaah lebih dalam: benarkah HP merusak otak kita? Atau jangan-jangan kita hanya sedang mengalami ketakutan yang berlebihan terhadap hal baru?

Sebenarnya, kekhawatiran terhadap teknologi bukanlah hal baru. Sejarah menunjukkan bahwa hampir setiap kali muncul teknologi baru, masyarakat kerap menyambutnya dengan kecemasan. Dulu, ketika televisi pertama kali muncul, banyak orang tua khawatir bahwa anak-anak akan menjadi bodoh karena terlalu sering menonton. Ketika video game mulai populer, muncul ketakutan bahwa generasi muda akan tumbuh menjadi pemalas. Sekarang, saat HP dan internet menjadi bagian besar dari hidup sehari-hari, kekhawatiran serupa kembali muncul. Bahkan istilah seperti “digital dementia” dan “brain rot” semakin sering digunakan, meski tanpa dasar ilmiah yang kuat. Perlu dicatat bahwa “brain rot” sejatinya hanyalah istilah kiasan, bukan diagnosis medis sungguhan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan kondisi di mana seseorang merasa otaknya jadi kurang tajam karena terlalu lama terpapar konten hiburan instan yang tersedia di ponsel.

Namun, apa sebenarnya yang dikatakan oleh sains? Para peneliti memang telah melakukan banyak studi untuk mencari tahu dampak penggunaan HP terhadap otak manusia. Beberapa temuan menunjukkan bahwa terlalu sering menggunakan HP, terutama untuk konsumsi hiburan cepat seperti video pendek atau permainan tanpa tantangan kognitif, dapat membuat kita lebih mudah terdistraksi. Konsentrasi bisa terganggu, dan kapasitas memori jangka pendek bisa menurun. Selain itu, karena terbiasa mendapatkan informasi secara instan, banyak orang menjadi kurang sabar dan enggan berpikir secara mendalam.

Meski begitu, hasil-hasil penelitian tersebut tidak bisa dipukul rata. Tidak semua orang mengalami efek negatif yang sama. Bahkan, dalam banyak kasus, HP juga bisa memberikan manfaat kognitif. Misalnya, HP memungkinkan kita belajar dengan cara yang menyenangkan lewat video edukatif, membaca artikel, atau mengakses informasi dari seluruh dunia dalam hitungan detik. Teknologi ini juga membantu kita tetap terhubung dengan keluarga dan teman, terutama di masa-masa ketika pertemuan fisik tidak memungkinkan, seperti saat pandemi. Jadi, HP bukanlah “penyebab tunggal” kerusakan otak, melainkan alat yang dampaknya tergantung pada bagaimana kita menggunakannya.

Penting untuk diingat bahwa penggunaan HP tidak terjadi dalam ruang hampa. Banyak faktor lain yang memengaruhi bagaimana teknologi ini berdampak pada otak. Misalnya, durasi pemakaian jelas berpengaruh. Seseorang yang menatap layar selama satu jam sehari tentu tidak sama dengan mereka yang menghabiskan delapan jam penuh dengan scrolling tanpa henti. Konten yang dikonsumsi juga memiliki peran penting. Menonton video komedi selama berjam-jam tentu tidak memberikan stimulasi mental yang sama dengan membaca buku digital atau mendengarkan podcast edukatif.

Usia dan kebiasaan juga berpengaruh besar. Anak kecil yang sistem sarafnya masih berkembang tentu akan lebih sensitif terhadap paparan layar dibandingkan orang dewasa. Begitu pula lingkungan sosial. Anak-anak yang tumbuh dalam rumah tangga yang penuh dengan perangkat digital akan cenderung lebih sulit membatasi diri dibandingkan anak-anak yang lingkungannya mengatur waktu layar dengan bijak.

Kita juga harus kritis terhadap informasi yang beredar. Banyak klaim yang tersebar di internet menyebutkan bahwa HP membuat kita pelupa, namun ada pula penelitian yang menunjukkan sebaliknya. Faktanya, HP sering berfungsi sebagai ekstensi dari ingatan kita. Kita menyimpan jadwal, mencatat hal penting, menyimpan nomor telepon, hingga menyusun daftar belanja di HP. Dengan begitu, kita justru mengurangi beban memori jangka pendek dan bisa fokus pada tugas yang lebih kompleks. Ini adalah contoh bagaimana teknologi bisa memperkuat fungsi kognitif, bukannya melemahkan.

Dalam menghadapi arus informasi yang begitu deras, penting bagi kita untuk berpikir kritis. Saat membaca klaim bahwa HP bisa merusak otak, kita sebaiknya bertanya: dari mana informasi ini berasal? Apakah ada penelitian ilmiah yang mendukungnya? Siapa yang melakukan penelitian tersebut? Apakah kesimpulannya berlaku untuk semua orang, atau hanya sebagian kecil populasi? Tanpa pertanyaan-pertanyaan semacam itu, kita rentan menjadi korban disinformasi dan ketakutan kolektif.

Lalu, apakah penggunaan HP merusak otak? Jawabannya tidak sesederhana “ya” atau “tidak”. Semuanya tergantung pada bagaimana kita menggunakan teknologi tersebut. Jika kita membiarkan diri terpaku pada layar berjam-jam tanpa jeda, konsumsi konten yang dangkal dan menghindari interaksi nyata dengan dunia sekitar, tentu otak kita bisa mengalami penurunan fungsi. Namun jika kita menggunakan HP sebagai alat bantu untuk belajar, bekerja, berkomunikasi, dan mengembangkan diri, maka teknologi ini justru menjadi aset yang sangat berguna.

Dalam dunia yang sudah sangat digital ini, pilihan ada di tangan kita. Apakah kita akan dikendalikan oleh teknologi, atau justru mengendalikannya demi mendukung hidup yang lebih sehat dan produktif?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun