Hari #21: Amal di Era Digital
Maulana termenung di depan laptopnya. Jari-jarinya menggantung di atas keyboard, sementara layar menampilkan website Sedekah Digital. Di sana, terpampang gambar masjid Al-Ikhlas yang ia kunjungi kemarin.
Di bawahnya, kolom donasi terbuka, menunggu diisi.
"Bismillah," gumamnya pelan. Namun, tangannya masih ragu.
Ia ingin membantu, tapi pikirannya terus membawanya pada kabar-kabar tentang penipuan berkedok amal di dunia maya. Berapa banyak kasus donasi yang tidak sampai kepada penerima? Berapa banyak oknum yang memanfaatkan kebaikan hati orang lain demi keuntungan pribadi?
"Darimana kita tahu uang ini benar-benar sampai ke mereka?" batinnya gelisah.
Semalam, ia tak bisa melupakan apa yang ia lihat di masjid Al-Ikhlas. Karpet yang lusuh, atap yang bocor, kipas angin tua yang berderit setiap kali berputar. Ustadz Jamal dan jamaah di sana berjuang mempertahankan masjid dengan segala keterbatasan.
Ia ingin membantu. Tapi bagaimana kalau platform ini tidak aman?
Ponselnya bergetar di meja. Nama Ustadz Hakim, guru mengajinya sejak kecil, muncul di layar.
"Assalamu'alaikum, Ustadz," sapa Maulana, berusaha menenangkan pikirannya.