Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Guru yang masih belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Permainan Tradisional Masa Kecil saat Ramadhan

2 April 2023   06:06 Diperbarui: 2 April 2023   06:31 1720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Permainan tradisional Indonesia. Sumber foto : 1001indonesia.net

"Keindahan hidup terletak pada pengalaman dan kenangan yang kita ciptakan."

Pada tahun 1980-an, bulan Ramadhan adalah momen yang dinanti-nantikan oleh anak-anak Melayu Belitung. Selama bulan puasa, sekolah diliburkan, dan anak-anak dibiarkan menikmati kebebasan mereka di luar rumah. 

Saat siang hari puasa agar tidak ada keinginan untuk melihat makanan di dalam mentudung atau gerubok (lemari makan dari bahan kayu papan), anak-anak berkumpul di pondok yang mereka buat dari kayu dan daun kelapa. Dalam pondok kecil tersebut, anak-anak dapat saling berinteraksi dan bertukar cerita, kadang-kadang diselingi permainan tradisional sambil menunggu waktu berbuka puasa tiba..

Tidak ada teknologi modern seperti telepon genggam atau internet saat itu, jadi anak-anak harus menggunakan imajinasi mereka untuk menciptakan permainan dan kegiatan yang menyenangkan. Ada banyak permainan tradisional yang dimainkan, seperti petak umpet, main kartu gambar, main lompat tali dari karet gelang, betarak (adu kekuatan) buah karet, main layangan dengung (layangan yang mengeluarkan bunyi berdengung), main kucing kucingan, benteng bentengan, main ular naga dan lain-lain.

Salah satu permainan favorit anak-anak adalah permainan meriam menggunakan bambu dan karbit. Anak anak berlomba membuat suara ledakan yang paling keras dengan meriam yang mereka buat. Karena permainan ini mengandung berbahaya dan berpotensi menyebabkan cedera serius, maka anak-anak selalu diawasi oleh orang yang lebih dewasa.

Selain itu, ada juga permainan egrang yang sangat populer pada masa itu. Anak-anak akan membuat egrang mereka sendiri dari kayu atau bambu. Permainan ini terlihat sederhana, namun membutuhkan keterampilan dan koordinasi tubuh yang baik untuk bisa mengontrol egrang dengan baik. Egrang dimainkan dengan cara mereka berdiri di atasnya, dan berjalan atau berlari saling berlomba untuk mencapai garis finish paling awal.

Namun, permainan yang paling menarik adalah perang-perangan dengan pistol-pistolan yang biasa disebut main 'dor-doran'. Anak-anak membuat pistol-pistolannya dari kayu/papan dan pentil ban sepeda bekas. Mereka akan bersembunyi di balik semak-semak dan menembakkan pistol-pistolannya kepada lawan-lawannya yang suaranya berasal dari ledakan belerang korek api yang ditumbuk dengan paku. Meskipun hanya sebuah permainan, semuanya sangat serius dan mengasyikkan.

Di sore hari semua orang menunggu bunyi sirine dari pembangkit listrik milik PN Timah pada waktu itu sebagai tanda waktu berbuka puasa tiba. Setelah berbuka sekedarnya orang orang bergegas ke surau untuk sholat Maghrib. Perlu diketahui bahwa di Belitung pada masa itu, sebagai penanda waktu imsak dan berbuka tidak menggunakan beduk, tetapi sirine yang dibunyikan dari menara pembangkit listrik yang sudah ada sejak tahun 1920-an.

Khusus sepuluh malam terakhir puasa, anak anak biasanya menyalakan lampu yang terbuat dari kaleng atau bola lampu bekas yang diisi minyak tanah lengkap dengan sumbunya. Lampu lampu sengaja dipasang untuk menerangi halaman rumahnya. Ada juga yang dibuat untuk berkeliling kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun