Jika dulu suatu brand berlomba-lomba masuk ke slot iklan televisi, namun sekarang brand-brand mengincar influencer atau konten kreator. Era media digital menggeser industri periklanan yang menjadikan persaingan antara media tradisional dan media digital. Permasalahan ini bukan hanya soal platfrom, tapi juga soal model monetisasi yang berubah cepat dan mendalam.
Iklan sendiri yaitu sarana yang bertujuan untuk mempromosikan atau memperkenalkan suatu produk kepada audiens dengan platfrom media tertentu. Namun, semakin berkembang zaman yang menuju era digital transformasi iklan pun menjadi variatif. Iklan sekarang tidak hanya dapat ditemukan di televisi, tetapi juga dapat ditemukan di platfrom media sosial. dengan tujuan objektif yang sama, yakni bagaimana audiens atau masyarakat sadar akan ilkan itu dan tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan.
Dalam prosesnya, iklan memerlukan biaya yang harus didistrbusikan untuk keperluan sponsor dalam menjalankan promosi. Sebuah iklan harus dibuat semenarik mungkin agar audiens dapat tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan melalui berbagai media.
Artikel ini akan membahas monetesi media digital vs media tradisional yang merujuk pada periklanan dari konten kreator dan iklan televisi, dimana dua-duanya sama-sama mempromosikan produk namun dengan lingkup dan biaya yang berbeda.
Â
Monetasi di era dua dunia yang bertabrakan
Televisi sebagai media tradisional yang puluhan tahun mengandalkan pendapatan iklan komersial sebagai media bisnis utamanya. Kini harus terancam dengan adanya konten kreator, konten kreator yang mampu membangun audiens loyal dan menajlin kerja sama lansung dengan brand tanpa perentara agensi besar ataupun jaringan media.
Berbeda dengan stasiun televisi, suatu brand ternama atau merek mempromosikan produknya melalui ilkan televisi yang dimana harus membeli slot waktu penayang. Stasiun televisi menjual slot waktu berdasarkan jangkuan nasional, profil pemirsa dan rating. Namun peminat belanja melaui iklan di televisi sediki dan sekarang mulai menurun. Menurut laporan Nielsen (2023), iklan digital terutama di media sosial dan kreator meningkat hampir dua kali lipat di Indonesia. Sebaliknya, belanja iklan televisi turun sekitar 12% dalam tiga tahun terakhir. Pergeseran ini merupakan gejela perubahan dalam struktur industri bukan hanya tren teknologi.
 Model bisni media digital sekarang berpusat pada monetisasi berbasisi atensi endorsemen di Instagram, konten bersponsor di TikTok, iklan di YouTube sampai afiliasi produk di e-commerce. Brand atau merek tidak perlu lagi melalui pihak kedua atau ketiga untuk mempromosikan produk mereka, namun bisa lansung dari tim pemasaran atau tim kreatif media brand itu sendiri atau lansung melalui konten kreator. Konten kreator dapat mempromosikan suatu produk lebih luas ke media digital yang audiensnya lebih banyak dibandingkan televisi. Dengan adanya tim pemasaran atau tim kreatif media dalam suatu brand atau merek, dapat meminimalisir pembiayaan promosi suatu produk, dibandingkan harus mempromosikan melalui iklan di televisi.