Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

HDD vs SSD: Kenapa Kita Masih Dipaksa Membeli Teknologi Jadul?

12 Maret 2025   04:53 Diperbarui: 12 Maret 2025   04:53 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi data center menggunakan HDD. (Sumber: Freepik/wirestock)

Di era di mana smartphone memiliki penyimpanan yang lebih cepat daripada kebanyakan laptop, mengapa industri penyimpanan masih terbelah antara HDD dan SSD? Western Digital baru saja mengumumkan bahwa mereka akan berfokus sepenuhnya pada produksi hard disk drive (HDD) dan melebur divisi SSD mereka ke dalam SanDisk (TechSpot, 2025). Langkah ini menimbulkan pertanyaan mendasar: apakah industri penyimpanan benar-benar berkembang, atau justru kita dipaksa untuk terus menggunakan teknologi lama demi keuntungan korporasi?

HDD Masih Bertahan, Tapi Kenapa?

Sejak SSD menjadi lebih terjangkau, banyak yang mengira bahwa HDD akan segera menjadi peninggalan sejarah. Tapi kenyataannya, pasar HDD masih tumbuh dan berkembang. Menurut laporan Statista (2024), pengiriman HDD global mencapai 168 juta unit pada 2023, menurun dari 260 juta unit pada 2018, tapi masih signifikan. Mengapa HDD masih dipertahankan?

  1. Harga Per GB yang Lebih Murah

    • SSD 2TB NVMe (Samsung 990 Pro) dihargai sekitar $179 (Amazon, 2024), sedangkan HDD 10TB (Seagate IronWolf) hanya $249 (Newegg, 2024). Harga per GB untuk HDD jauh lebih murah.
    • Untuk penyimpanan besar (cold storage), perusahaan tidak akan membayar 5x lebih mahal hanya untuk kecepatan yang tidak mereka butuhkan.
  2. Dukungan Infrastruktur Lama

    • Data center global masih memiliki jutaan server berbasis HDD.
    • Migrasi ke SSD akan memakan biaya miliaran dolar, sesuatu yang tidak ingin dilakukan oleh raksasa teknologi seperti Google dan Microsoft.
  3. Penyimpanan Masif untuk Cloud dan AI

    • OpenAI dan Google DeepMind membutuhkan petabyte data untuk melatih model AI mereka.
    • SSD untuk penyimpanan masif akan memakan biaya yang sangat tinggi, sehingga mereka tetap menggunakan HDD untuk data yang tidak perlu sering diakses.

SSD: Masa Depan yang Belum Sepenuhnya Tiba?

SSD memang lebih cepat, tetapi ada beberapa hambatan yang menghalangi dominasi penuh mereka:

  1. Harga Masih Mahal untuk Kapasitas Besar

    • SSD 8TB (Samsung 870 QVO) masih dihargai sekitar $600 (BestBuy, 2024), sedangkan HDD 8TB hanya sekitar $150.
    • Biaya produksi NAND Flash belum turun secepat yang diharapkan.
  2. Ketahanan dan Keandalan dalam Jangka Panjang

    • SSD memiliki batas siklus tulis. Dalam server yang menangani jutaan transaksi per detik, umur SSD lebih cepat habis.
    • HDD, meskipun lebih lambat, bisa bertahan lebih lama jika digunakan untuk penyimpanan jangka panjang.
  3. Rantai Pasokan dan Kontrol Produsen

    • Western Digital dan Seagate masih mengendalikan pasar HDD, dan mereka tidak akan menyerah begitu saja.
    • Samsung, Kingston, dan Kioxia berusaha mengembangkan SSD, tetapi industri ini masih didominasi oleh oligopoli yang ingin mempertahankan status quo.

Apakah Kita Dipaksa Tetap Menggunakan HDD?

Melihat bagaimana Western Digital membagi bisnisnya, bisa dibilang perusahaan ingin memastikan bahwa HDD tetap relevan. Ini adalah bentuk konservatisme bisnis yang hanya menguntungkan korporasi, bukan pengguna.

  • Western Digital seolah mengatakan, "Kami tahu SSD lebih baik, tapi kami masih ingin menjual HDD sebanyak mungkin."
  • Raksasa cloud seperti AWS dan Google tetap menggunakan HDD untuk layanan penyimpanan mereka, yang berarti kita---sebagai pengguna akhir---tidak punya pilihan selain tetap berinteraksi dengan HDD dalam beberapa cara.

Revolusi SSD yang Tertunda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun