Mohon tunggu...
Syahid Arsjad
Syahid Arsjad Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Diskusi

penikmat kehidupan penuh warna, suka membaca, diskusi dan menulis. follow di twitter : @syahid_arsjad

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Manusia Bijak

1 Februari 2019   09:12 Diperbarui: 1 Februari 2019   09:51 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Homo sapiens diyakini oleh peneliti bukanlah satu - satunya spesies manusia yang pernah hidup di bumi. Selain Homo sapiens ada homo rudolfensis, homo erectus, neanderthalensis dll. Namun hanya homo sapiens yang bisa bertahan. 

Jika dibandingkan spesies manusia lain, homo sapiens bukanlah spesies manusia yg lebih kuat secara fisik, dengan otot yg mampu melawan singa atau lebih kuat berlari. 

Namun homo sapiens (manusia bijak) dengan volume otak yg lebih besar mengalami revolusi kognitif sehingga mampu survive hingga saat ini.

Revolusi kognitif yg dialami oleh homo sapiens sejak 2 juta tahun lalu dimulai dengan kemampuan komunikasi yg lebih dibandingkan dengan binatang maupun spesies manusia lainnya. 

Binatang juga memiliki bahasa masing masing namun hanya untuk hal-hal yang pragmatis saja, sementara homo sapiens memiliki kemampuan imajinatif sehingga bahasanya berkembang pesat ke arah yg abstrak atau fiksi.

Keunggulan komunikasi manusia menyebabkan interaksi sosial homo sapiens untuk hidup secara komunal lebih baik dibanding yang lain. Oleh karena itu meskipun secara fisik tidak bisa bersaing dengan spesies lainnya, namun secara komunal memiliki kekuatan yang dahsyat.


Interaksi sosial yg lebih intens juga disebabkan oleh tuntutan biologis manusia. Jika dibandingkan dengan hewan, manusia sangat bergantung pada ibunya, butuh waktu sampai 10 tahun untuk bisa mencari makan secara mandiri. 

Sementara kuda dapat mencari makan hanya beberapa hari setelah dilahirkan. Karena tingkat ketergantungan anak yg tinggi pada ibunya, maka sang ibu juga menjadi sangat bergantung pada suaminya karena mengurus anak. Saling ketergantungan inilah menyebabkan interaksi sosial menjadi lebih intens dan membentuk kekuatan komunal.

Kehidupan komunal hanya bisa terjaga soliditasnya sampai sekitar 150 orang saja, lebih dari itu interaksi antar anggota akan menjadi renggang. Di sinilah peran revolusi kognitif dengan perkembangan imajinasi manusia ke arah yang abstrak. 

Manusia yang banyak bisa disatukan oleh keyakinan yg abstrak. Sistem kepercayaan terhadap yg gaib mampu menyatukan manusia dan membentuk tatanan sosial yang membuat lahirnya peradaban yang sangat kuat, melampaui dan menyebabkan musnahnya spesies manusia yg lain.

Dari rangkaian penelitian ini kita bisa belajar bahwa kekuatan manusia ada pada sinerginya antar sesama. Secaca individu manusia adalah makhluk yg lemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun