Mohon tunggu...
Syahid Arsjad
Syahid Arsjad Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Diskusi

penikmat kehidupan penuh warna, suka membaca, diskusi dan menulis. follow di twitter : @syahid_arsjad

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tata Cara Melamar Gadis Bugis

2 Februari 2012   09:04 Diperbarui: 4 April 2017   17:57 11332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berhubung karena pembaca tulisan saya edisi sebelumnya " Syarat menikahi perempuan bugis" mendapat respon yang baik, saya mencoba menulis tentang bagaimana prosesi adat melamar gadis bugis. Proses melamar perempuan bugis terdiri dari 3 tahapan, yaitu : Tahap I : " Mappese- pese" (Pendekatan) Ketika seorang pemuda bugis menaruh hati pada seorang gadis bugis, maka disampaikanlah kepada orang tuanya untuk melamarkan gadis idamannya itu. Orang tua kemudian mempertimbangkan pilihan sang anak dan memanggil kerabat yang mengenal dengan baik keluarga gadis tersebut. Jika sang kerabat bersedia, maka sang pemuda dan kerabat yang ditunjuk akan bertamu ke rumah orang tua si gadis bersama sang pemuda, membawa oleh - oleh dan menyampaikan keinginan untuk mempertemukan keluarga. Kunjungan tersebut dalam adat bugis disebut "mappese- pese" (pendekatan). Jika respon keluarga perempuan baik, maka ditetapkanlah waktu untuk madduta ( melamar). Cara ini dianggap lebih beradat daripada penyampaian langsung pemuda ke keluarga perempuan, atau lewat anak gadis tersebut ke orang tuanya. Namun jika sang pemuda berasal dari daerah lain, maka tidak masalah jika sang pemuda yang langsung menyampaikan niatnya untuk melamar langsung kepada orang tua si gadis, namun pengambilan keputusan soal diterima tidaknya belum bisa diambil orang tua meskipun itu adalah calon menantu idaman. Kata terima atau tolak dan jumlah "uang panai" hanya bisa ditentukan oleh forum kerabat (rumpun keluarga) pada saat prosesi lamaran nantinya. Meskipun tidak ada salahnya menyampaikan ke orang tua si gadis kemampuan finansial anda jika memang sudah dekat, atau lewat si gadis. Tahap 2 : Massuro atau Madduta ( Melamar) Setelah ditetapkan waktu untuk acara "madduta", keluarga kedua belah pihak sudah mulai sibuk. Mengundang kekuarga terdekat dan tokoh masyarakat dilingkungannya untuk mengikuti prosesi tersebut. Keluarga pihak laki-laki menunjuk (pabbicara) juru bicara disertai rombongan yang cukup dari kerabatnya. Orang tua dari permuda yang ingin melamar tidak boleh ikut serta dalam acara lamaran ini, demikian juga dengan pemuda yang ingin dilamarkan, . Jumlah rombongan keluarga laki-laki tidak terlalu banyak, paling sekitar 10 orang sudah dianggap cukup . Dari pihak perempuan mengundang kerabat terdekat untuk menghadiri acara lamaran, Juga ditunjuk juru bicara dari pihak keluarga perempuan. Acara ini adalah bagian dari acara adat yang resmi ,rombongan keluarga laki- laki yang madduta berpakaian lengkap, untuk laki-laki memakai jas, songkok, dengan bawahan sarung. Sedangkan perempuan memakai kebaya atau pakaian yang sopan lainnya. Keluarga perempuan menyiapkan jamuan yang sepantasnya bagi tamu yang hadir. Dalam acara ini, dikenal istilah "mamanu' -manu' " (pantun ayam)yang menjadi kiasan proses lamaran. Dalam proses tersebut, juru bicara pihak laki- laki mungatarakan maksud kedatangannya. Keluarga perempuan kemudian mengajukan jumlah " dui menre"(bugis) atau "uang panai"(makassar) dan sompa ( persembahan). Proses tawar menawar pun dilakukan dengan bahasa yang sopan ( bahasa bugis yang halus). Untuk jaman sekarang besarnya uang panai untuk status sosial menengah kebawah sebesar (15 - 50 jt). Sedangkan untuk yang memiliki status sosial tinggi ( bangsawan, orang kaya dan anak gadisnya memiliki pekerjaan yang mapan bisa mencapai (100-500 jt). Jumlah uang panai juga sangat ditentukan, pendekatan sang pemuda pada keluarga perempuan, penilaian keluarga perempuan terhadap pemuda dan kemampuan negosiasi pabbicara. Jumlah uang pesta yang besarnya tidak pantas ( de na sitinaja), tidak wajar jika dibandingkan dengan harga rata- rata yang ada dengan staus sosial, pendidikan dan pekerjaan si gadis maka bisa jadi pertanda penolakan secara halus. Jika pihak keluarga laki-laki telah menyetujui, maka dibicarakanlah waktu untuk "mappenre dui"( mengantarkan uang pesta) sekaligus " mappetu ada"(menentukan hari). Jika pihak laki - laki tidak menyanggupi "uang pesta" yang diminta, maka bisa meminta waktu, dan melakukan negosiasi dibelakang layar kemudian mengulangi proses lamaran. Tahap 3 : Mappenre dui/ Mappetu ada. Proses ini sudah dianggap bagian dari pesta, pihak keluarga perempuan sudah mengundang kerabat dan para tetangga untuk menyaksikan proses mappenre dui tersebut. Pada acara tersebut semua yang hadir berpakaian formal. Pihak laki- laki juga menyiapkan rombongan yang besar, sebanyak- banyaknya untuk menunjukkan bahwa mereka adalah rumpun keluarga yang besar. Diantara rombongan ada gadis -gadis yang memakai "baju bodo", dan dengan jas tutup songkok tobone dengan membawa bosara " tempat khas bugis" yang berjumlah masing-masing 12 orang. Bosara ini diisi dengan perlengkapan pengantin perempuan sebagai pengiring uang panai. Isi bosara biasanya adalah emas, pakaian, sepatu, make up. Selain uang panai yang sebagian diberikan dalam bentuk cash sebagai simbol. Pada jaman dulu semuanya dalam bentuk cash dan dihitung oleh saksi yang hadir. Proses mappenre dui memperlihatkan pada kerabat jumlah uang pesta dan sompa ( persembahan). Sompa bisa berbentuk tanah, kebun atau emas yang diberikan kepada mempelai wanita ( menjadi hak sepenuhnya wanita, tidak boleh diambil meskipun bercerai). Setelah proses ini, baru kemudian dibicarakan hari baik untuk melakukan akad nikah atau pesta. Ada kalanya proses akad nikah dilakukan bersamaan dengan mappenre dui, kemudian pestanya di tunda jika disepakati sebelumnya, hal ini disebut dengan "kawin soro". Namun sekarang prosesi a "mappenre dui " ini dihilangkan atau satukan dengan acara akad nikah agar lebih efisien. Jadi iring iringan gadis pengantar bosara dapat dilihat pada saat hari pernikahan. Proses ini mungkin terkesan ribet, namun prosesi ini teknisnya bisa menjadi sangat simple sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Bahkan berdasarkan pengalaman saya beberapa teman yang bukan orang bugis segala tetek - bengek prosesi disiapkan oleh keluarga perempuan yang ingin tetap menghormati adat. Mungkin karena dia calon menantu idaman kali yah...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun