BUNDA SUCI MENGGENDONG BULAN LUKA
Melepuh sudah lengan bunda menggendong bulan yang terluka. Manusia mengkhianati malam dengan pesta pora kemabukan diri, bersama botol-botol yang mulutnya berbusa nafsu sapi betina, yang lahir dari dusta semangat purba.
Melepuh duka hati bunda di hantam tangan-tangan anaknya sendiri, yang meninggalkan kasih sayang rumah suci, pergi mencari sepotong cinta di depan kaki patung berhala yang berdiri bisu di kota-kota modern, sebagai menara kebesaran generasi manusia yang membakar kitab-kitab rekaman suara-suara langit atas nama kemajuan dan kemewahan.
Bunda terasing dari tangis bayi yang lahir dari suci rahimnya, kini mendekap bulan terluka hingga tangannya melepuh. Generasi manusia mengingkari petuah-petuah bunda sendiri, yang telah menggendongnya sembilan purnama kemuliaan Ilahi.
Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam, Kumpulan Puisi, Penerbit Pustaka Refleksi, 2008.Â