Mohon tunggu...
hikbal pane
hikbal pane Mohon Tunggu... Mahasiswa - menyukai bunga; ekspresi, mekar dan bebas.

Mahasiswa Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa dan Seni, Prodi Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seorang Balzac

14 September 2022   01:30 Diperbarui: 14 September 2022   01:32 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Balzac menarik gagang. membanting pintu. selepas kepergian Wani, rumah adalah gelanggang siksa. harsa terlepas, kucing-kucingan sampai kisah-kasih burung parkit bukan mereka lagi. runtuh bak sungai pada tebing.

"Dia membangkang. Bukan padaku, tapi pada dirinya."
nafas tercerabut, Wani maupun Balzac melenguh. kulitnya dan kulit wanitanya terbakar waktu. yang abadi adalah cekcok mereka. sejak hari haram itu, tak satupun  yang berisik.

"Mereka hanyalah jembatan lain arah." pekik batu-batu sungai, wawancara padanya berakhir. Balzac berlarian pada badan sungai, Wani dan selendangnya hanyut. batu dan pasir adalah saksi.

"Aku tak tahu. Seperti mereka bisa berakhir."
tentu saja boleh dan bisa. Balzac suka menaruh duri. sesekali menancap pada Wani, lukanya menganga, anyir dusta menyebar. Wani tak tahan, sampai pintu dibanding dan mereka bubar.

"Kalau boleh. Akulah pendusta itu."
awan bergumul, katanya saksi daripada saksi adalah awan dan kelabunya. mereka berada diatas, dusta atau bukan, hanya Balzac, saya si awan dan Wani yang tahu.

Medan, 2022.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun