Mohon tunggu...
Syafriansyah Viola
Syafriansyah Viola Mohon Tunggu... Pegawai Negeri Sipil -

suka baca fiksi dan sekali-sekali....menulis!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Menikmati Haiku Rasa Indonesia

8 Juni 2015   01:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:17 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah dengar haiku? Atau memang suka bikin puisi haiku?

Haiku adalah puisi pendek asal Jepang. Haiku terdiri dari 3 baris (larik), 5 suku kata baris, 7 suku kata baris  kedua, dan 5 suku kata baris ketiga. Pola aturan ini berstruktur 5/7/5. Perlu juga dipahami, haiku juga terdiri dari Kigo (penanda musim). Kigo ini merupakan bahan pokok pembuatan haiku. Tanpa kigo tak ada haiku. Dari sana, entah setan apa yang merasuk masuk di kepala saya, haiku membuat saya penasaran.

Beranjak dari situ, saya pun menjelajahi haiku, seraya diskusi di grup fb #Ngobrol Haiku. Berikut cuplikan diskusi kami soal haiku. Saya (S), Pak Samsuni Sarman (SS), dan Mbak Sholawaty Jo (SJ).

_

S   : Pentingkah kigo dalam haiku?

SS : Kigo sebagai penanda sebuah musim, sangat penting. Tapi tidak melulu idiom alam- boleh juga sebuah aktivitas atau diksi yang mewakili sebuah perasaan senang pada suatu musim. Indonesia memiliki kosakata yang membangunkigo secara bebas. Tak mesti harus katak (ikon penyair haiku terbesar Jepang: Matsuo Basho), teratai, kolam, salju dan bunga sakura yang lazim di pakai di Jepang. Kita punya rinai, senja, gerimis, panas, pesta layangan, lebaran, muludan (maulid nabi SAW) kemarau, dan buah yang menandakan musim. Jadi kigo masih penting sepanjang mewakili musim dan sepandai penulis memilih kata secara tersirat.

S   : Nah, ini yang saya maksudkan pak sam! Soalnya musim di Jepang berbeda dengan di Indonesia?

SS : Malah, sebuah tradisi suku bangsa kita yang beragam menjadi kigo yang cantik lho...

S   : Iya pak! Kita kaya akan bahasa. Banyak kata yang dipakai untuk menceritakan satu jenis musim.

SJ  : Tentu. Karena kigo membuat puisi paling singkat ini kaya akan makna. Bahkan pada dasarnya, haiku tidak bisa di setarakan dengan bahasa Indonesia. Selain tata bahasa yang berbeda, haiku yang memiliki penanda musim ini menjelaskan banyak hal. Mungkin begitu.

_

Mari kita lihat contoh ini.

Haiku ke-1 :

Lebah dan Musim Penghujan

Le-bah ber-deng-ung (kigo)

Ke-cup ke-lo-pak bu-nga

Da-ngau  ber-so-lek

 _

Kita diskusikan yang ini.

Haiku ke-2:

Tong-le-ret jan-tan (kigo)

Ber-nya-nyi di re-ran-ting

Pe-ta-ni gun-dah

Tongleret dan Kemarau

Kigo pada larik (1) dan (2)sudah menunjukan musim kemarau. Tongleret adalah hewan sejenis serangga yang biasa berbunyi ketika awal musim kemarau. Oya, sekedar info, serangga tongleret tak ada di Jepang. Pada larik (3) sebaiknya buat larik yang menunjukan aktivitas manusia atau hewan atau penanda alam lain yang menunjukan rasa saat musim kemarau itu.

_

Atau yang ini, musim layangan dan haiku:

Haiku ke-3:

E-kor la-yang-an (kigo)

Me-nu-suk  a-wan pu-tih

La-ngit me-ri-ah

_

Betapa indah negeri kita. Entah sampai saya menyadari hal itu. Sebagai penutup tulisan ini saya selipkan sepotong puisi pendek/ bukan haiku ya:

Alangkah biru gunungnya!

Aku tertidur lelap di bawah atap dedaunan

Burung bersiul dan mimpi pepohonan terungkap

Angin bertiup sepoi dari arah timur

Betapa hijau dan sejuknya bau rerumputan

Tuliskannitu...

Tuliskan itu...

Dengarkan dan rasakanlah....

Gunung, sungai, dan danau memanggil.

Dan katakan bahwa negeri kita yang terbaik

 

Salam Hangat!

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun