Mohon tunggu...
Syafri Salampessy
Syafri Salampessy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Teknologi Yogyakarta. Memiliki minat yang besar dalam dunia sosial, khususnya berfokus pada isu anak dan pemberdayaan masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Percaya Diri Memegang Presidensi G20, Realistiskah Indonesia?

15 Januari 2022   22:16 Diperbarui: 19 Januari 2022   05:03 1417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo menerima Presidensi KTT G20 dari Perdana Menteri Italia Mario Draghi (ANTARA FOTO/LAILY RACHEV via KOMPAS.com)

Bukan sekedar keuntungan nonmaterial yang mampu diperoleh Indonesia melalui langkah diplomasi Presidensi G20, berbagai manfaat segi ekonomi dan sosial budaya akan membanjiri tanah air. 

Berdasarkan gambaran umum penyelenggaraan seluruh rangkaian G20 yang terdiri dari 150 pertemuan di 19 kota, maka Indonesia diprediksi akan memperoleh peningkatan PDB nasional hingga Rp. 7,4 tiriliun. 

Tidak hanya itu, penyelenggaraan rangkaian G20 akan melibatkan UMKM dan mampu menyerap sampai 33 ribu tenaga kerja pada berbagai sektor. 

Selain itu, Pemerintah optimis melalui kegiatan ini dapat menyaingi keuntungan penyelenggaraan IMF World Bank Group Annual Meetings di Bali 2018 antara 1,5 hingga 2 kali lebih besar (Kemenkeu, 2021). 

Selain itu, secara tidak langsung Indonesia mendapatkan kesempatan promosi gratis kebudayaan dan periwisata tanah air. Indonesia akan mendapatkan pengakuan dan kepercayaan dari negara lain sehingga menjadi jalan memperkuat eksistensi Indonesia dalam diplomasi global.

Meskipun demikian, dibalik banyaknya manfaat yang diterima Indonesia dalam penyelenggaraan KTT G20 masih ada tantangan yang perlu dipertimbangkan secara matang. Lagi-lagi virus corona masih indikator pertimbangan utama. Menyelenggarakan sebuah pertemuan dalam skala internasional yang akan mendatangkan 500 hingga 5800 delegasi sepanjang tahun. 

Tentu menjadi catatan penting bagi pemerintah untuk mempertimbangkan potensial gelombang lainnya dari virus Corona. Terakhir, berdasarkan laporan dari Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI terlapor bahwa sejak 25 September 2021 adanya peningkatan kasus sejumlah 160. 

Hingga 15 Desember 2021 Kementerian Kesehatan mengumumkan konfirmasi kasus virus jenis Omicron telah masuk di Indonesia. Termasuk 5 kasus lain yang merupakan probable dari Omicron (Sehat Negeriku, 2021). Pemerintah tidak begitu saja untuk menutup mata dari fakta yang terus berkembang dan rasa ketakutan yang melanda warga Indonesia.

Indonesia juga sampai hari ini, masih menjadi sorotan dari World Health Organization atas ketimpangan proses vaksinasi yang masih terjadi. Yang mana wilayah luas Indonesia masih merupakan tantangan utama, mengakibatkan berbagai wilayah khususnya pedalaman belum tersentuh vaksin.

Meskipun pada catatan Our World in Data, per 4 januari Indonesia telah menyuntikan 283.554.361 dosis vaksin namun belum secara menyeluruh tersentuh (Sehat Negeriku, 2022). 

Fakta lainnya adalah ancaman penularan Covid-19 tidak begitu dengan mudahnya sirnah setelah vaksinasi. Mimpi buruk tersebut masih selalu menghantui dan tidak ada kejelasan kapan akan berakhir. Sehingga keputusan-keputusan besar penyelenggaraan event skala internasional, perlu untuk terus dipikirkan dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun