Mohon tunggu...
Syafiya NisrinaHanifah
Syafiya NisrinaHanifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga 2020

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 20107030070

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sukses Dulu atau Bahagia Dulu?

30 Juni 2021   21:09 Diperbarui: 1 Juli 2021   00:55 1889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Pernah gak sih kamu bertanya-tanya sebenernya kamu itu harus sukses dulu atau Bahagia dulu baru bisa sukses. Well, pertanyaan kayak gini sebenarnya banyak banget ditanyain, bahkan sama filsuf-filsuf. Lebih baik Bahagia dulu atau sukses dulu baru bisa Bahagia?.

Sebagai manusia, kita memang membutuhkan dua hal tesebut, kamu butuh achieve target, kamu juga butuh untuk Bahagia dalam menjalankan proses itu. Mungkin kita butuh sukses untuk mencapai apa yang menjadi target kita.

Definisi sukses mungkin berbeda-beda, dan kita juga butuh Bahagia. Nah, kalau udah kayak gini, terus gimana cara mendapatkan keduanya? Atau at least ningkatin keduanya deh, kalau misal emang kita udah bener-bener bingung. Well, kalau gitu langsung aja dibahas

Sebenernya banyak banget penjelasan buat tau kira-kira Bahagia dulu atau sukses dulu yang bakal dating, tapi kali ini akan dibahas terlebih dahulu bukunya Happiness advantage, pembahasan buku ini banyak didukung oleh beberapa penelitian positive psychology dan penelitian yang dilakukan sama penulisnya sendiri yang Bernama Shawn Achor.

Kalau menurut buku ini, urutannya adalah Bahagia dulu baru sukses, kenapa?karena kebahagiaan sendiri diartikan sebagai bensin untuk kesuksesan, dan ini tuh banyak banget didukung oleh penelitian dari ranah psikologi.

Nah, tapi sebelumnya kalian tahu gak sih ap aitu kebahagiaan? Definisi kebahagiaan bisa didefinisikan sebagai pengalaman atas emosi positif. Jadi, ya bisa dibilang gak ada yang Namanya patokan khusus soal kebahagiaan. Karena pada dasarnya kebahagiaan itu subjektif atau personal banget. Karena yang kita anggap Bahagia bagi kita, belum tentu dianggap Bahagia dimata orang lain.

Nah, kalo menurut para ilmuan, kebahagiaan ini bisa disebut dengan subjective well-being. Karena kebahagiaan itu hanya didasarkan pada perasaan. Jadi, Cuma kita yang bisa ngeliat dan ngerasain perasaan itu.

Nah, lalu bagaimana kebahagiaan ini bisa membawa kesuksesan? Penjelasannya simple, jika seseorang berada dalam suasana hati yang Bahagia, atau emosi positif, dengan keadaan seperti itu orang akan lebih termotivasi buat melakukan aktivitas mereka. Jadi dibandingkan kita ngeluh, atau membanding-bandingkan diri dengan orang, maka yak amu akan lebih semangat saat lagi dalam keadaan Bahagia.

Kalau berdasarkan teori, yang pertama ada Namanya broaden and build theory. Teori ini kurang lebih menjelaskan bahwa emosi positif itu bisa ngaruh ke kesadaran dan memicu pemikiran serta Tindakan baru yang eksploratif. Teori yang kedua adalah the undoing effect. Yang menjelaskan bahwa mereka yang merasakan emosi positif itu punya kemampuan untuk pulih lebih cepat dari stress atau pun cemas. Artinya mereka punya keyakinan bahwa stress dan cemas itu Cuma sementara. Jadi kalau sedih atau ngerasain emosi negative itu Cuma sebentar. And tomorrow will be fine. Atau kayak after 5 minutes will be fine.

Dan yang terakhir adalah bahwa kebahagiaan itu benernenya punya kecenderungan untuk meningkatkan Kesehatan, jadi staminanya meningkat, jadi orang yang semangat, dan dengan adanya stamina yang meningkat, akan menjadikan kita sebagai orang yang lebih focus, produktif, dan mencapai apa yang menjadi tujuan kita. So, itulah mengapa kebahagiaan akhirnya bisa memperbesar kemungkinan kita buat jadi sukses.

Dan sebaliknya, kalau orang lagi ngerasain yang Namanya emosi negative, kayak bad mood, marah, stress, ngeluh, membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain dan sebagainya, mereka cenderung lebih susah dan males buat berkativitas. Kenapa? Karena focus mereka itu teralihkan dan jadinya alih-alih bisa beraktivitas dengan maksimal, mereka biasanya lebih focus untuk mikir sebenarnya mereka kenapa sih merasakan emosi yang negative. Padahal ya sebenarnya gak penting-penting amat sih, ya penting sih, tapi maksudnya gak sepenting kalo kita take action kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun