Mohon tunggu...
Irmawan syafitrianto
Irmawan syafitrianto Mohon Tunggu... Penjahit - ASN (KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN)

ISTIKOMAH (IKATAN SUAMI TAKUT ISTERI KALO DIRUMAH)

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ikan Invasif Naik Daun

5 Juli 2018   11:22 Diperbarui: 5 Juli 2018   11:29 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Indonesia dikenal sebagai negara dengan keanekarangaman hayati terbesar didunia (megadiversity) dan merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia (megacenterof biodiversity). Keanekaragaman, selain berperan untuk kestabilan ekosistem, juga sebagai sumber plasma nutfah dan sumber ekonomi. Selain memiliki kekayaan jenis ikan yang tinggi, tingkat endemisitas di Indonesia juga tinggi. Ancaman terhadap kepunahan keanekaragaman hayati antara lain: 1) kerusakan/hilangnya habitat, 2) eksploitasi jenis yang berlebihan, 3) introduksi jenis invasif, 4) gangguan pada habitat (termasuk pencemaran), 5) penyebaran penyakit, 6) persaingan penggunaan air, dan 7) pemanasan global.

Spesies ikan asing yang bersifat invasif masuk ke perairan umum di wilayah Indonesia dapat terjadi secara sengaja maupun tidak sengaja. Kehadiran jenis ikan introduksi asing tersebut bukanlah tanpa alasan, di beberapa negara introduksi bertujuan untuk menambah ragam jenis ikan yang ada, budidaya ikan unggulan, untuk game fishing atau ikan lomba (Lusk et al., 2010). 

Di Indonesia selain tujuan tersebut, beberapa jenis sengaja didatangkan untuk tujuan khusus misalnya guppy (Poecillia reticulata) diharapkan untuk membantu memberantas jentik-jentik nyamuk. Ikan mujaer (Oreochromis mossambicus), nila (O.niloticus), lele dumbo (Clarias gariepinus) lebih ditekankan untuk diversifikasi ikan konsumsi.

Di Indonesia, introduksi ikan dimulai sebelum abad 18 dengan 16 (enam belas) jenis, berdasarkan hasil pencatatan jumlahnya telah mencapai 93 (sembilan puluh tiga) jenis dan tidak menutup kemungkinan jumlahnya akan terus bertambah. Bahkan berdasarkan catatan para hobiis, ikan hias yang telah masuk ke wilayah Indonesia sebanyak 224 (dua ratus dua puluh empat) jenis, dan beberapa jenis diantaranya sudah lepas ke perairan umum baik secara sengaja maupun tidak sengaja.    

Beberapa waktu lalu, di sungai Brantas- Mojokerto dihebohkan dengan keberadaan ikan Araipama gigas, ikan liar asal amazon yang bersifat sangat invasif, beberapa sumber mengatakan ikan Araipama telah menyebar pada aliran sungai lainnya. Keberadaan ikan monster Araipama gigas sebagai top predator dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan, mengancam kelestarian ikan endemik, dan mengurangi tangkapan nelayan. 

Upaya tegas Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Badan karantina Ikan, Pengendalian mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) dengan membuka pos-pos penyerahan ikan invasif patut di acungi jempol. 

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.41/PERMEN-KP/2014 tentang Larangan Pemasukan Jenis Ikan Berbahaya dari Luar Negeri ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia, Ikan Arapaima merupakan salah satu dari 152 jenis ikan berbahaya yang dilarang pemasukannya ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. 

Dibutuhkan kesadaran bagi pedagang ikan hias dan hobiis untuk dapat menyerahkan ikan-ikan invasif asing kepada petugas karantina. Sinergi antara Pemerintah, akademisi dan praktisi  juga sangat dibutuhkan. Bagaimanapun, banyak masyarakat yang terlanjur memanfaatkan ikan invasif asing seperti nila, mujair, dan ikan sapu-sapu untuk kebutuhan konsumsi dan mata pencaharian sehari-hari. 

Pengelolaan dan manajemen perikanan idealnya merupakan perpaduan antara keseimbangan ekologis dan ekonomi, keseimbangan ekologis untuk kemapanan ekonomi dan kemapanan ekonomi untuk keseimbangan ekologi, keduanya seperti dua sisi mata pisau, salah mengelola berarti petaka. Bukankah kehidupan generasi saat ini adalah untuk kehidupan generasi setelah ini ? sangat disayangkan jika generasi kedepan tidak dapat menikmati kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya alam kita, kemiskinan bukan untuk diwariskan, tapi diubah menjadi kesejahteraan. 

Salam lestari, salam bahagia..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun