Mohon tunggu...
Syafiq Basri
Syafiq Basri Mohon Tunggu... -

Blogger, penulis, communication consultant.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Akhirnya Ada Mendikbud Bukan Mendiknas: Anies Baswedan  

30 Juni 2015   19:18 Diperbarui: 16 November 2015   06:19 6638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anies lalu menjelaskan panjang lebar betapa pentingnya menumbuhkan "rasa" pada anak-anak. Dia akhiri dengan mengatakan, “Ingat, pendidikan adalah bagian dari Kebudayaan.”

Program Baru: Belajar Bersama Maestro 

Anies juga menggagas program Belajar Bersama Maestro (BBM). Sebuah kegiatan yang mengumpulkan siswa-siswa berpotensi bidang seni untuk magang, nyantrik, pada Maestro selama masa liburan. Di awal program ini, banyak maestro ternama yang bersedia ‘ditumpangi’ rumahnya oleh para siswa selama liburan, seperti seniman tari Irawati Durban, aktor teater Aditya Gumay, musisi Purwacaraka dan Gilang Ramadhan, serta pematung I Nyoman Nuarta, Mang Udjo, penari Didik Nini Thowok dan masih banyak lagi.

 

Para maestro seni ini akan menjadi mentor bagi siswa-siswi dalam mempelajari kesenian dan kebudayaan. Nantinya, siswa-siswa terpilih dari seluruh Indonesia yang tinggal beberapa hari di rumah rumah para maestro pada masa liburan sekolah. Satu maestro akan mengasuh sekitar 10 orang siswa sekaligus. Anies menginginkan cara ‘nyantrik’ seperti ini bisa jadi gerakan yang bisa dilakukan di daerah-daerah, bersama seniman dan budayawan di berbagai daerah di Tanah Air.

Bila sedang pergi ke sebuah kota, Anies tak jarang juga mampir ke rumah budayawan, seniman atau ke workshop-nya. Seperti waktu di Bali, dia mampir di rumah yang juga Museum Seni Nyoman Gunarsa di Klungkung. Dia khusus hampiri pelukis Hanafi, datangi dan diskusi panjang dengan Pelukis Sunaryo di Selasarnya di Dago Pakar, Bandung. Dia mungkin adalah menteri pertama yang ngobrol tentang budaya di kampung budaya di Celah Celah Langit (CCL) Bandung. Dialog kebudayaan yang merakyat itu dipandu oleh Iman Sholeh, dan berlangsung hingga dini hari.

[caption id="attachment_345323" align="aligncenter" width="512" caption="Mendikbud mengunjungi Museum Seni Nyoman Gunarsa, Klungkung Bali, 5/06/2015; (Foto: Rizal)"]

[/caption]

Beberapa waktu yang lalu, ia juga mengumpulkan para seniman dan budayawan. Secara khusus mereka diminta untuk terlibat dalam pengembangan pendidikan seni di sekolah-sekolah, yang menurut Anies sudah terbengkalai. Berkumpullah lebih dari 30 seniman terkemuka, seperti Taufiq Ismail, Hardi (pelukis), Sardono W Kusumo, Romo Mudji Soetrisno, dan banyak lagi lainnya. Di akhir diskusi, salah satu peserta mengatakan, ‘Pertemuan ini bisa masuk MURI, rekor terlama Mendikbud berdiskusi dengan seniman. Sebelum ini biasanya menteri yang hadir cuma basa-basi di pembukaan acara, terus ditinggal.’

Memang Anies terlanjur dikenal sebagai "orang pendidikan". Seorang kawan pernah berkomentar, Mendikdbud kurang nyeleneh. Menurut saya, bukan soal nyeleneh tapi mungkin ini pengingat agar Anies kembali lebih banyak bicara di Media Sosial (Medsos). Sejak menjadi Mendikbud nampaknya Anies tidak sempat lagi bertwitter walau sesungguhnya sudah sejak 2011 Anies sempat aktif di Twitter (dan juga Facebook). Banyak cerita dan inspirasi yang ditebarkannya lewat Twitter waktu itu, sebagaimana pernah saya tulis di buku tentang Tweets Anies. Seperti ditayangkan di Kompas.Com, alasan terbanyak orang mengikuti akun Anies adalah karena mayoritas tweet Anies sangat menggugah, serta penuh optimisme dan inspirasi.

 

Mungkin Anies perlu aktif di Medsos lagi agar lebih banyak khalayak, khususnya kaum Netizen, memetik pemikiran dan inspirasinya apalagi terlalu banyak kegiatan kebudayaan dan pendidikan yang tak (sempat) dikabarkan oleh media massa (old media). Sedikit atau banyak, yang jelas bila kita dengar langsung pikiran-pikiran Anies maka kontan akan terlihat bahwa ia justru ingin mengembalikan semangat pendidikan dan kebudayaan sebagai suatu kesatuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun