Mohon tunggu...
Syafina Mitnaita
Syafina Mitnaita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Uin Abdurrahman Wahid Pekalongan

Menulis mengajarkanku arti kesabaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stop Bullying, Upaya Merdeka dari Perundungan

30 November 2022   20:03 Diperbarui: 30 November 2022   20:03 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di masa kini bullying seakan sudah menjadi trend di kalangan remaja ,baik bullying yang berupa cibiran hingga sampai sampai kekerasan fisik. Bullying kerap sekali terjadi baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Semakin lama kasus bullying ini seperti menjadi hal lumrah di sekolah-sekolah. Sungguh miris sekali kasus bullying ini banyak dijumpai di sekolah-sekolah yang seharusnya menjadi tempat yang aman bagi siswa-siswa dan yang seharusnya melahirkan generasi yang membangkitkan bangsa Kini menjadi ajang siapa paling berkuasa.

Seringkali Bullying terjadi bukan karena adanya pertengkaran atau karena sedang emosi, tetapi justru lebih condong kepada siapa yang merasa paling kuat. Bullying juga tidak selalu berlangsung dengan cara bertatapan muka tapi juga dapat berlangsung di belakang korban . Pelaku bullying bisa dari teman kelas, kakak kelas, adik kelas, bahkan guru bisa menjadi pelaku bullying

Contoh kecilnya seperti mengolok-olok nama orang tua. Kedengarannya hal sepele, tetapi dengan menyebut nama orang tua sebagai bahan candaan itu bisa memicu. Kasus pembullyan lain yang sering kita jumpai di sekolah adalah pelabelan guru terhadap siswanya, yang mungkin menunjukkan bahwa guru tersebut tidak mengetahui dampak label negatif terhadap siswa tersebut. Kejadian seperti itu termasuk dalam kategori perilaku bullying.

Tanpa disadari banyak bullying berkedok candaan tapi melampaui batas, sehingga mengarah kepada ras,warna kulit,bentuk tubuh,agama dan lain-lain yang mengandung unsur rasisme dalam candaan tersebut. Bullying merupakan perilaku yang berbentuk memaksa seseorang atau usaha untuk menyakiti secara fisik maupun psikis kepada segerombol orang yang dianggap lebih 'lemah' dari pada orang lain yang mengganggap dirinya itu lebih 'hebat'.

Tidak hanya itu saja, peran lingkungan pun sangat mempengaruhi dalam membentuk kepribadian para generasi dikarenakan Lingkungan merupakan tempat tumbuh dan berkembang. agama tidak lagi menjadi pedoman hidup secara mutlak jika masyarakatnya hidup dalam lingkungan yang pandangan moralitas tidak perlu berlandaskan agama. agama tidak lagi menjadi patokan dalam menilai perbuatan. Bukan hanya kasus bullying saja yang akan terjadi. Bahkan, bisa merenggut masa depan mereka, seperti pembunuhan, zina, hamil di luar nikah, hingga aborsi.

Dibully sangat menyakitkan. Dihina, dipukul, direndakan, dicaci maki, dan dikucilkan setiap hari. Dengan menimbulkan trauma yang sangat menyakitkan dan juga menyerang mental dan psikis korban, bullying adalah fenomena yang mengganggu kehidupan manusia. Dan mirisya tanpa rasa bersalah pelaku bully malah bersenang-senang dengan mengganggap peristiwa itu sebagai hiburan mereka hanya untuk tujuan intimidasi.

Body shamming juga termasuk dalam bullying. Dimana para korban di hina fisiknya baik dari segi bentuk badan,warna kulit,tinggi badan ataupun yang bersangkutan dengan anggota tubuh. Dimana itu memicu tidak percaya diri dan menutup diri untuk tidak bersosialisasi dengan sesama temannya. Bahkan lebih parahnya korban bodyshamming dapat membenci dirinya sendiri dan merasa dirinya tidak pantas hidup di dunia.

Banyak dari mereka yang menjadi bahan body shamming orang lain merasa insecure. Mereka akan memikiran terus menerus perkataan orang lain tentang dirinya dan melakukan segala macam cara untuk merubah dirinya. Yang dari hitam menjadi putih,yang dari gemuk menjadi kurus, yang dari pesek menjadi mancung,yang dari pendek menjadi tinggi. Itu menjadikan para korban tidak mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan kepada kita.

Korban sering kali berada di posisi sebagai passive supporter, dimana tidak ada orang yang berada di pihaknya untuk membelanya. Namun orang lain juga mungkin tidak cukup berani untuk berada dipihak korban karna takut ikut dibully. Hal ini membuat orang yang mengalami perudungan menjadi "pasrah" terhadap apa yang menimpanya dan memilih untuk diam. bullying sering kali dianggap remeh oleh orang lain karena dianggap seperti candaan biasa namun tidak bagi para korban.

Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial juga muncul pada para korban.Yang paling ekstrim dampak psikologis yang kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan penyendiri, merosotnya prestasi akademik, rasa rendah diri yang berlebihan. Seperti halnya kasus bunuh diri yang dilakukan oleh beberapa remaja yang akhir-akhir ini sering terjadi disebabkan karena mereka dibully. 

Dari dampak tersebut bisa dilihat bahwa bullying merupakan satu hal yang keberadaannya tidak bisa diremehkan begitu saja. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin bullying akan semakin banyak memakan korban.Lalu, bagaimana cara yang jitu untuk mengatasi atau setidaknya meminimalisir bullying?. Berikut adalah beberapa di antaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun