Mohon tunggu...
Syaefudin Zuhri
Syaefudin Zuhri Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Percaya pada pemilik semesta, semua akan berjalan dengan semestinya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membentuk Karakter Anak Didik dengan Ajaran Tasawuf

14 Juli 2020   05:25 Diperbarui: 16 Juli 2020   22:02 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam dunia pendidikan karakteristik anak didik menjadi patokan keberhasilan sebuah lembaga pendidikan,namun ahir-ahir ini sangatlah sulit menemukan anak didik yang berkarakter,Di zaman yang serba canggih sekarang ini karakteristik anak didik susah terbentuk dengan baik,Di sebabkan maraknya pergaulan bebas dan lingkungan yang kurang baik sehingga dapat membentuk karakter yang tidak baik,karakter itu sendiri terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan diaplikasikan sebagai cara pandang,berpikir,bersikap,berucap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari,

Dalam pendidikan agama islam ajaran tasawuf merupakan aspek yang paling penting,karena peranan tasawuf merupakan jantung atau urat nadi pelaksanaan ajaran islam,Tasawuf adalah nama lain dari ''Mistisisme dalam Islam''.Di kalangan orientalis Barat dikenal dengan sebutan ''sufisme''. Ajaran tasawuf pada abad ketiga dan keempat hijriyah sangatlah pesat dalam perkembangannya , ditandai dengan adanya segolongan ahli tasawuf yang mencoba menyelidiki inti ajaran tasawuf yang berkembang di masa itu, sehingga para ahli tasawuf membaginya dengan tiga macam, yaitu:

1) Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa; yaitu tasawuf yang berisi suatu metode yang lengkap tentang pengobatan jiwa, yang mengonsentrasikan kejiwaan manusia kepada khaliknya (Allah swt), sehingga ketegangan-ketegangan kejiwaan akibat pengaruh keduniaan dapat teratasi dengan baik. Dan kenyataannya, inti Tasawuf ini dijadikan dasar teori oleh psikiater jaman sekarang ini dalam mengobati setiap pasiennya. Maka pengenalan teoritis yang berdasarkan inti ajaran tasawuf, dapat mempengaruhi keutuhan tingkat kesadaran mental dan kejiwaan sesorang yang mampu memahaminya.

2) Tasawuf yang berintikan Ilmu Akhlak; yaitu didalamnya terkandung petunjuk-petunjuk tentang cara-cara berbuat baik serta cara-cara menghindarkan keburukan; yang dilengkapi dengan riwayat dari kasus yang pernah dialami oleh para sahabat nabi.

3) Tasawuf yang berintikan Metafisika; yaitu didalamnya terkandung ajaran yang melukiskan hakikat ilahi, yang merupakan satu-satunya yang ada dalam pengertian yang mutlak, serta melukiskan sifat-sifat Tuhan, yang menjadi alamat bagi orang-orang yang akan tajalli kepada-Nya,

Pemahaman masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa tasawuf merupakan amaliah bagi seorang pemuka agama (kiyai,ustadz dan tokoh-tokoh) saja yang jauh dari kata gelamor, artinya tasawuf beresensi pada hidup dan berkembang mulai dari bentuk hidup ''kezuhudan''{menjauhi kemewahan dunia}, Padahal ajaran tasawuf itu sendiri tidak mengajarkan harus meninggalkan harta kekayaan dan meninggalkan kewajiban mencari nafkah  sebagaimana sunnatullah, Beberapa sahabat yang tergolong sufi diabad pertama, dan berfungsi sebagai Maha guru sufi menjadi contoh teladan dalam kehidupan bertasawuf yaitu Abu Bakar As-Siddiq  beliau adalah sodagar kaya raya,Umar bin khatthab  beliau seorang yang tinggi kasih sayangnya terhadap sesama manusia, Usman bin Affan  Allah swt memberikan kelapangan rizki dan Ali bin Abi Thalib dan sahabat-sahabat lainnya, Para ulama tasawuf berbeda cara memandang kegiatan tasawuf itu sendiri,sehingga mereka merumuskan definisinya juga berbeda : 

a) Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdy mengtakan ''tasawuf merupakan ilmu yang dengannya dapat diketahui hal ihwal kebaikan dan keburukan jiwa,cara membersihkannya dari (sifat-sifat) yang buruk dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji'',

b) Imam Al-Ghazali mengemukakan pendapat Abu Bakar Al-Kataany yang mengatakan ''Tasawuf adalah budi pekerti; barangsiapa yang memberikan bekal budi pekerti atasmu,berarti ia memberikan bekal atas dirimu dalam tasawuf'',

c) Muhammad Amin An-Nawawy mengemukakan pendapat Al-Junaidi Al-Bagdaady yang mengatakan ''Tasawuf adalah memelihara (menggunakan) waktu.(Lalu) ia berkata : Seorang hamba tidak menekuni (amalan tasawuf) tanpa aturan (tertentu), (menganggap) tidak tepat (ibadahnya) tanpa tertuju kepada Tuhan-Nya dan merasa tidak berhubungan (dengan Tuhannya) tanpa menggunakan waktu (untuk beribadah kepada-Nya)''

Lantas bagaimana cara menanggulangi di era globalisasi yang sangat sulit menemukan anak didik yang berkarakter?, Di Negara kita Indonesia yang mayoritas penduduknya menganut agama islam mereka beranggapan bahwa islam itu hanya aqidah dan syariah, atau dengan kata lain bahwa yang dimaksud ''ad-din'' (agama) terdiri dari Islam, iman dan ihsan, di mana ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan. Untuk mengetahui hukum islam kita harus lari kepada syariah atau fiqih, untuk mengetahui rukun iman kita harus lari pada ushuluddin atau aqidah dan kebanyakan dari mereka melupakan kesempurnaan ihsan yang harus lari pada ajaran tasawuf, Bahkan menurutnya tasawuf itu hal yang sangat tabu untuk diterapakan dalam kehidupan mereka apalagi diterapkan dipendidikan ,Padahal ketika menengok pengertian tasawuf itu sendiri adalah sebuah rangkain penataan diri dan jiwa,Ibn Al-Qayyim dalam ''Madarijus Salikin'' menyebutkan bahwa ilmu tasawuf itu adalah moral, Barang siapa yang di antaramu semakin bermoral tentu jiwanya pun semakin bening, yang demikian ini selaras dengan tujuan pendidikan nasional UU.No 20 Tahun 2003 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan manusia yang bertakwa,iman kepada Allah swt dan memiliki budi pekerti yang baik,

Tantangan terbesar untuk membentuk anak didik yang berkarakter ialah bagaimana seorang pengajar menjadi contoh dan mengaplikasikan ilmu tasawuf dalam lingkungan sekolah,tidak hanya disekolah saja namun pendidikan informal juga berperan penting dalam membentuk anak didik yang berkarakter terutama kedua orang tua,selama ini kontribusi lingkungan dan keluarga kurang mendukung dalam pencapaian kompetensi pembentukan karakter peserta didik,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun