Mohon tunggu...
syamsud dhuha
syamsud dhuha Mohon Tunggu... profesional -

Pemuda, pembelajar dan penulis biografi lepas

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jika Tak Ada Perbaikan, Televisi Akan Ditinggalkan

20 Maret 2018   20:24 Diperbarui: 26 Maret 2018   09:47 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: www.duniaku.net

Berbicara tentang dunia pertelevisian Indonesia kesan pertama yang muncul adalah memprihatinkan. Sebab program yang ditayangkan hampir semua stasiun televisi merupakan hasil 'contek' baik antar televisi nasional maupun program televisi dari luar negeri. Dan tak memiliki nilai atau nirnilai yang diberikan untuk masyarakat sebagai empunya frekuensi.

Televisi memakai frekuensi yang itu punya publik bukan punya stasiun televisi atau bahkan pengusaha tertentu. Masyarakat memiliki hak atas kualitas tayangan yang diputar televisi karena memakai hak publik. Bukan justru untuk kepentingan kelompok atau partainya. Program berita atau non berita yang ditayangkan cenderung melakukan pemihakan. Kalau berita hard news atau peristiwa yang menyerang pemilik televisi A dapat dipastikan tidak akan tayang, Tapi di televisi B tayang bahkan eksklusif.  

Sudah seharusnya dan waktunya pemerintah menata kembali frekuensi milik publik agar publik memperoleh haknya dengan tayangan berkualitas. Arti berkualitas adalah program televisi membawa dan menyampaikan nilai bukan sekedar tayangan kalau bisa menjadi tuntunan.

Tayangan televisi menurut George Gerbner dalam teori kultivasi mengatakan media televisi menghasilkan sebuah dampak dimana ada masyarakat yang menganggap dunia nyata berjalan sesuai dengan dunia yang digambarkan oleh media. Tak dipungkiri televisi yang merupakan media audiovisual memiliki efek yang tajam kepada penonton namun dalam jangka yang pendek dibanding dengan membaca yang mampu menyimpan dalam memori dalam waktu yang lama.

Praktis program televisi yang ditunggu saat ini hanya pertandingan olahraga khususnya siaran pertandingan sepak bola. Program penyiaran masih sangat jauh dari kata mendidik, apalagi untuk dikategorikan tontonan pro anak. Bayangkan program sinetron budaya barat, hiburan alay, artis menikah live terus menerus, berita peristiwa pemihakan, kampanye partai terus diputar saban jam. Apa tidak tambah pusing kita dibuat.  

Masa Depan Televisi

Jika televisi nasional tidak mengubah strategi program prediksi penulis akan ditinggalkan penonton. Nasibnya tidak lebih baik dari papan tulis. Gejala tersebut sudah terasa di kalangan perkotaan, Kid zaman now mencari tontonan via tayangan berbasis internet seperti youtube. Semua tontonan yang ingin dilihat tersedia di televisi masa depan yakni youtube dan sejenisnya. 

Apalagi beberapa televisi membuat channel di youtube, orang tidak khawatir ketinggalan acara yang sudah tayang. Coba survey disekeliling pembaca, terutama anak-anak zaman milenial, tanya tayangan televisi apa kesukaan yang ditunggu pasti banyak yang tidak tahu sekarang. Namun berbeda ketika ditanya tentang hal yang viral misalnya atau terkait hobinya pasti tahu.  

Political Will Belum Ada

Negara ini mempunyai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai lembaga resmi negara di bidang penyiaran memiliki tanggungjawab untuk dengan cermat merespon segala bentuk aduan masyarakat terkait tugas menyehatkan konten dunia kepenyiaran. Tidak bisa kemudian membiarkan KPI menjadi macan ompong yang tidak punya taji karena keputusan untuk mewujudkan konten yang sehat dalam dunia penyiaran tidak didukung pemerintah secara penuh.

Kalau mau jujur, problematika dunia penyiaran memang rumit. Luas dan dalamnya cakupan problem ekonomi-politik dunia penyiaran harus menjadi pekerjaan rumah semua pihak kalau ingin televisi Indonesia sehat tayangan. Untuk mengurai persoalan-persoalan seperti terkait regulasi industri penyiaran, interaksi antara pemodal asing, nasional dan lokal dalam pengelolaan stasiun televisi, hingga menyangkut persoalan psiko-sosiologis khalayak penikmat tayangan televisi, tentu bukan hanya menjadi domain KPI saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun