Mohon tunggu...
Syaafii Ryan Cahyo Oktaviano
Syaafii Ryan Cahyo Oktaviano Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bagaimana Dampak Tsunami Mengubah Pandangan Masyarakat?

7 Juli 2022   07:16 Diperbarui: 7 Juli 2022   07:19 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Tsunami adalah gelombang besar yang tercipta akibat adanya pergerakan lempeng, tanah longsor, letusan gunung api, dan hantaman meteor (anonim, 2019). Tsunami mampu bergerak sangat cepat dan semakin tinggi ketika mendekati pantai. Tsunami menimbulkan kerusakan pada daerah di pantai dan menyebabkan korban jiwa maupun harta. Salah satu tsunami yang sangat merusak adalah tsunami Aceh tahun 2004 yang menimbulkan kerusakan yang sangat parah dan banyaknya korban jiwa.

            Pada tahun 2004 terjadi gempabumi dengan skala tinggi di Samudra Hindia yang menyebabkan tsunami hingga ketinggian 30 meter. Gelombang ini menyebabkan korban jiwa hingga 230.000 orang di Indonesia. Hal ini menyebabkan Indonesia menjadi negara yang paling terdampak tsunami dibandingkan negara lain. Tsunami ini menimbulkan banyak korban jiwa, kerusakan infrastruktur, dan kerusakan permukiman di Aceh. (Tejakusuma, 2005)

            Pada tahun 2010 terjadi tsunami di daerah Mentawai, Sumatra Barat. Tsunami ini menimbulkan korban jiwa lebih dari 500 jiwa dan kerusakan permukiman. Tsunami yang terjadi ini berbeda dengan tsunami yang sering muncul di Indonesia yang tercipta akibat gempabumi besar. Gempabumi yang menyebabkan tsunami ini adalah gempabumi yang lambat dan ringan. Gempabumi jenis ini biasanya tidak berpotensi menimbulkan tsunami tetapi karakteristik dari gempabumi ini menyebabkan terjadinya tsunami. Gempabumi terjadi di sedimen lunak dekat dengan zona subduksi sehingga menghasilkan lebih banyak pergerakan dibandingkan dengan gempabumi di hardrock.(Pranita, 2020)

            Jepang mengalami gempa besar dengan kekuatan diatas magnitudo 9 pada tahun 2011. Gempa ini menimbulkan tsunami dengan ketinggian 10 meter hingga melewati tanggul penahan di pantai. Gelombang ini menimbulkan korban jiwa serta merusak permukiman. Dampak yang paling parah adalah rusaknya reaktor pembangkit nuklir di Fukushima. Kerusakan ini menyebabkan tragedi bencana nuklir di Fukushima. Kejadian ini disebut sebagai triple disaster yang terdiri dari tiga bencana yang melanda Jepang yaitu gempabumi, tsunami, dan bencana nuklir. (S Indah, 2020)

            Pada tahun 2018 Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi yang menyebabkan terjadinya tanah longsor di bawah laut. Tsunami yang disebabkan oleh longsoran ini mencapai ketinggian 5 meter. Tsunami ini menyebabkan kerusakan di Banten dan Lampung dan korban jiwa hingga 430 orang. (Solihuddin et al., 2020a)

            Tsunami yang melanda Aceh tahun 2004 membuka pandangan masyarakat dan pemerintah terhadap mitigasi tsunami. Menurut Tejakusuma (2005), mitigasi tsunami bukan hal yang mudah karena kejadiannya sangat sulit diprediksi. Sistem peringatan dini hanya memberikan peringatan mengenai terjadinya tsunami atau tidak. Yang terpenting pada mitigasi tsunami adalah pembuatan zona rawan tsunami dan pembangunan penahan gelombang tsunami. Tsunami Mentawai 2010 memberikan pembelajaran bahwa tsunami tidak selalu timbul dari gempabumi yang kuat. Hal ini menjadi pembelajaran agar masyarakat dan pemerintah harus tetap waspada terhadap segala macam jenis gempabumi yang terjadi. Dari Tsunami Jepang 2011, bahkan negara yang maju dalam bidang bencana alam gempabumi dan tsunami masih terdampak kerusakan parah hingga menimbulkan bencana yang lebih parah yaitu bencana nuklir. Tsunami Selat Sunda 2018 juga meningkatkan kesadaran bahwa semua lembaga yang terlibat dalam kebencanaan alam harus ditingkatkan koordinasinya dalam menghadapi bencana.

            Proses mitigasi tidak hanya di saat terjadinya bencana tetapi juga pascabencana. Setelah bencana timbul banyak permasalahan. Masalah terbesar adalah masalah kesehatan dari para pengungsinya dan masalah psikologis pengungsi terutama anak-anak. Proses selanjutnya adalah pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi untuk mengembalikan kegiatan masyarakat seperti semula sebelum tsunami (Tejakusuma, 2005). Peningkatan kesadaran masyarakat akan kesigapan bencana hatus ditingkatkan. Masyarakat harus sadar bahwa bencana tidak bisa dihindari hanya mampu mengurangi dampaknya saja. (Solihuddin et al., 2020b)

            Tsunami menyebabkan dampak serius pada kehidupan manusia dan kerusakan pada wilayah yang terdampak tsunami. Dampak ini membuka kesadaran masayarakat dan pemerintah terhadap bahaya tsunami dan pentingnya mitigasi bencana.

 

Daftar Pustaka

anonim. (2019, April 16). Tsunami. BPBD DIY. http://bpbd.jogjaprov.go.id/tsunami

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun