Kenaikan tarif impor yang diterapkan oleh Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump jadi sebuah pukulan berat buat ekonomi Indonesia ditambahkondisi daya beli masyarakat kita juga lagi lesu. Tarif tinggi ini bikin ekspor Indonesia ke AS makin mahal, padahal 50% dari surplus perdagangan nonmigas kita berasal dari sana. Bisa kebayang kan, dampaknya?
Apa yang Terjadi di Pasar Keuangan?
Senin depan, kemungkinan besar nilai tukar rupiah dan IHSG bakal tertekan, karena investor pasti bereaksi negatif karena kebijakan DT ini bikin ekspor kita ke AS jadi lebih sulit. Kalau kondisi ini gak dikelola dengan baik, dampaknya bisa makin buruk buat ekonomi kita.
Indonesia vs Negara Lain: Siapa yang Lebih Kena Dampak?
Indonesia bukan satu-satunya yang kena imbas dari peraturan Trump ini . Negara-negara lain juga terkena tarif tinggi:
- China: 34%
- Thailand: 36%
- Vietnam: 46%
- Bangladesh: 37%
- India: 26%
- Eropa: 20%
Ekspor utama Indonesia ke AS itu produk tekstil dan alas kaki. Persaingan kita yang paling berat adalah dengan Bangladesh, China, dan Vietnam. Tapi, karena hampir semua negara kena tarif tinggi, daya saing produk Indonesia mungkin gak jatuh drastis. Meski begitu, harga barang kita jadi lebih mahal, jadi kemungkinan besar ekspor tetap turun.
Apa Tujuan Trump Menaikkan Tarif?
Trump punya beberapa alasan utama dan kuat kenapa dia menaikkan tarif impor ini:
1. Mendorong industri dalam negeri AS supaya gak terlalu bergantung pada barang impor.
2. Membuka lebih banyak lapangan kerja buat warga Amerika.
3. Menambah pemasukan negara dari tarif impor.
Tapi masalahnya, tarif tinggi ini bisa bikin harga barang di AS naik. Konsumen di sana, terutama kelas menengah ke bawah, bakal lebih terbebani. Kalau inflasi di AS naik, bank sentral mereka (The Fed) kemungkinan besar gak bakal nurunin suku bunga.Kalau ini terjadi, rupiah kita bisa makin lemah karena investor global lebih pilih nyimpen uangnya dalam dolar AS. Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) juga bakal berhati-hati untuk nurunin suku bunga. Kalau mereka nekat nurunin suku bunga pas rupiah lagi lemah, tekanan ke nilai tukar kita bisa makin besar.
Apa Dampaknya Buat Indonesia?
Beberapa efek yang bakal kita rasakan dari kebijakan ini:
- Ekspor Indonesia ke AS turun surplus perdagangan kita juga ikut turun.
- Devisa negara berkurang.
- Neraca perdagangan bisa jadi defisit.
- Rupiah makin tertekan.
Selain itu, karena ekspor ke AS jadi lebih sulit, negara seperti China dan Vietnam kemungkinan bakal cari pasar baru, termasuk Indonesia. Bisa jadi, produk-produk mereka bakal makin membanjiri pasar kita, bikin persaingan buat industri lokal makin berat.
Kenapa Banyak Ekonom AS Gak Setuju dengan Kebijakan Ini?
Banyak pakar ekonomi di AS sendiri yang mengkritik kebijakan tarif tinggi ini. Soalnya, dampak akhirnya justru bisa merugikan ekonomi AS sendiri. Konsumen di sana yang bakal ngerasain kenaikan harga, terutama mereka yang dari kelas menengah ke bawah.
Selain itu, kebijakan ini juga bertentangan dengan teori Comparative Advantage dari David Ricardo. Menurut teori ini, suatu negara sebaiknya fokus produksi barang yang bisa mereka hasilkan dengan lebih efisien, dan impor barang yang lebih murah diproduksi di negara lain.Kalau AS maksa bikin semua barang sendiri, biayanya bakal lebih mahal dan gak efisien, yang pada akhirnya bisa bikin ekonomi mereka sendiri kena imbas negatif.Jadi, meskipun niatnya Trump pengen lindungi industri dalam negeri AS, dampak kebijakan ini bisa berbalik merugikan mereka sendiri, dan tentu saja, berpengaruh buruk ke negara-negara mitra dagangnya, termasuk Indonesia