Mohon tunggu...
Swan Dito
Swan Dito Mohon Tunggu... -

Seorang calon manula yang ingin hidup praktis, sederhana tapi membawa ketentraman dan kedamaian batin. Hidup sehat dan bahagia adalah pilihan saya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saya Kira Saya Orang Bebas, Ternyata Masih Ada yang Lebih Bebas

28 Maret 2016   19:52 Diperbarui: 29 Maret 2016   03:34 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber : doc. pribadi"][/caption]Gambar diatas saya ambil kemarin pagi, Minggu 27 Maret 2016 kira2 pukul sepuluh, lokasinya diujung gang masuk ditempat saya tinggal. Tumben pagi hari itu saya berdiri didepan pintu pagar depan rumah, sekedar melihat suasana minggu pagi yang cerah. Ketika menengok kekanan, pandangan mata saya langsung tertuju pada sosok manusia yang sedang tidur diteras rumah diujung gang.

Bapak ini hidup seorang diri, seseorang yang tidak mempunyai rumah atau tempat tinggal tetap. Berarti beliau mungkin (?) juga tidak memiliki KTP, SIM, NPWP, BPJS dll...hehehe. Saya hanya melihat sekali atau dua kali sebulan, beliau duduk atau tidur ditempat tersebut. Itupun hanya untuk sesaat, beberapa jam kemudian beliau sudah tidak berada ditempat yang sama, pergi entah kemana, sekehendak kakinya melangkah.

Pernah sekali waktu, saya mencoba untuk bertegur sapa dengan beliau (juga ditempat yang sama), tapi ternyata beliau ini sangat tertutup. Menjawab pertanyaan saya sekenanya saja, mengemasi barang2nya dan segera meninggalkan tempat. Saya sungguh penasaran, karena beliau, dalam pandangan saya, bukanlah seperti gelandangan pada umumnya. Coba perhatikan penampilannya, kotor memang tapi tidak dekil, rambut juga tidak gondrong, tidak awut2an. Pakaiannya terkesan kotor, tapi tidak compang camping, sarung dan bajunya masih utuh. Saya banyak menjumpai orang gelandangan, pengemis, orang gila dijalanan, tapi yang satu ini sangat berbeda.

Sebenarnya sudah lama saya mengamati keberadaan bapak ini dan saya kepengin tahu lebih banyak tentang kehidupannya. Tapi karena beliau terkesan sangat tertutup, saya urungkan niat saya untuk mengetahui lebih lanjut. Saya tidak mau mengganggu privacy (kehidupan) seseorang, siapapun orangnya.  Yang pasti bapak ini bukan orang gelandangan, bukan orang gila, bukan penderita penyakit jiwa. Juga bukan seorang pengemis, karena pengemis tidak akan pernah membawa bawa bungkusan atau barang2 bawaan. Saya sangat yakin bapak ini adalah orang normal dan waras. Beliau menjadi 'pengembara' atau 'musafir' karena sesuatu hal yang saya tidak ketahui. Mungkin sudah tidak mempunyai sanak keluarga ? Atau mungkin memang beliau senang hidup sendiri seperti seorang solitaire, gitu? Seorang pencari kebebasan hidup ? Hanya beliau sendiri yang tahu.

Beda disana, beda disini...tapi intinya sama, yaitu kebebasan hidup.

[caption caption="sumber: daily.com"]

[/caption]Namanya Daniel Suelo, usianya 50 tahun lebih, pendidikan universitas, meninggalkan kehidupan duniawi, menjadi penggembara. Dia tinggal di gua, digurun dekat desa Moab, Utah, Amerika. Prinsip hidupnya adalah 'hidup tanpa uang'. Bagaimana beliau bertahan hidup ? Menangkap binatang2 kecil digurun, pergi kekota mencari makanan kedalu warsa di toko2 dan menerima bantuan makanan dan barang2 dari masyarakat.

Beliau juga mempunyai akun Facebook dan blog. Tentunya menimbulkan pertanyaan bagaimana bisa mempunyai komputer tanpa memiliki uang ? Ternyata beliau memanfaatkan komputer dan internet gratis yang disediakan oleh perpustakaan umum.

Dari segi penampilan, beliau juga nampak rapi seperti kebanyakan orang. Tetap menjaga kebersihan badan dan tetap bergaul dengan orang2. Bahkan perjalanan hidupnya juga sudah dibukukan.

[caption caption="sumber: daily.com"]

[/caption]

Makna apa yang bisa kita petik dari tulisan diatas ?

Banyak orang mengalami penderitaan hidup dikarenakan tenggelam dalam keruwetan dan kerumitan kehidupan. Banyak dari mereka yang membiarkan dirinya hidup dalam kebencian dan permusuhan dengan dirinya sendiri dan dengan siapa saja. Bahkan berbuat kejahatan atau melakukan kekerasan terhadap sesamapun sudah dianggap lazim, dengan anggapan semua orang juga akan melakukan hal yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun