Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Indonesia Masih dalam Tekanan Ekonomi, Pagari Diri dari Investasi Ponzi

6 Februari 2025   06:11 Diperbarui: 6 Februari 2025   07:47 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto penemu skema Ponzi, Charles Ponzi, sekitar 1920 (Sumber: wikipedia)

Indonesia tampaknya harus tetap siaga menghadapi tekanan ekonomi.  Masyarakat Indonesia pun harus kian mengetatkan ikat pinggang karena masih adanya ancaman PHK, lesunya aktivitas bisnis, dan kenaikan tarif maupun sejumlah harga.

 Pada titik inilah, muncul satu potensi bahaya tambahan, yaitu adanya modus penipuan berkedok investasi berimbal hasil menggiurkan. Misalnya saja, belum lama ini penulis mendapatkan beberapa pesan pendek yang menawarkan kesempatan berinvestasi cukup Rp 1 juta dan akan mendapatkan pengembalian uang Rp15 juta dalam tiga bulan tanpa risiko. Ini artinya janji imbal hasil (return) sebesar 1.500 persen dalam tiga bulan alias 500 persen per bulan. Jelas ini tidak masuk akal. Sebab, investasi yang berisiko tinggi seperti saham pun tidak akan sampai setinggi itu kenaikannya.  

 Terlepas dari ketidaklogisan tawaran semacam itu, tetap saja ada sebagian masyarakat yang mudah tergiur, mungkin karena kurangnya literasi atau bisa jadi karena keputusasaan untuk mendapatkan uang cepat guna bertahan hidup di saat ada tekanan ekonomi. Apalagi, tawaran investasi bodong alias asli tapi palsu (aspal) bisa mengambil berbagai modus yang lebih samar dan sulit dideteksi.

Hanya percaya diri sendiri

Kita bisa belajar dari pengalaman banyak investor berpendidikan tinggi yang justru terjebak oleh tawaran investasi aspal di Amerika Serikat. Dalam skandal penipuan investasi terbesar sepanjang sejarah di AS maupun dunia, yaitu penipuan investasi oleh Bernard Madoff, para investor yang tertipu tidak main-main. Ada yang dari firma investasi besar, para konglomerat, bahkan satu negara Timur Tengah. 

Sebagaimana diliput oleh Diana Henriques dalam buku The Wizard of Lies (St Martins Griffin, 2017), Bernie Madoff mampu menjerat calon investor dalam skema penipuannya karena ia berpenampilan sangat perlente, berwawasan luas, dan memiliki hubungan baik (rapport) dengan para calon korban. Banyak dari korbannya adalah teman masa kecilnya dan teman sesama aktivis penggalangan dana yang tak menyangka Madoff akan tega menipu mereka. Gilanya lagi, Madoff tidak merasa ia sedang mencelakakan investornya. Sebaliknya, ia berpendapat bahwa selama ini ia telah membantu mereka menikmati imbal hasil tinggi, dan ketika terjadi krisis finansial 2008, teman-temannya inilah yang justru berkhianat dengan menarik dana investasi mereka secara tidak sabar.

Padahal, Madoff selama berpuluh-puluh tahun hanyalah menjalankan satu trik penipuan klasik bernama skema Ponzi. Inilah satu skema investasi bodong di mana pengelola dana membiayai pembayaran hasil investasi kepada nasabah lamanya dengan cara mencari dana dari calon investor baru. Bahasa mudahnya, skema Ponzi menjalankan prinsip gali lubang, tutup lubang. 

Bisa dibayangkan skema seperti ini pada satu titik tentu akan hancur berantakan karena jumlah dana baru yang masuk tidak akan mampu membiayai tunggakan imbal hasil investasi plus dana pokok dari investor-investor lama. Adapun Madoff mampu menjalankan skema ini secara puluhan tahun karena ia menawarkan imbal hasil pasti (fixed-return) yang moderat, yaitu sekitar beberapa persen saja di atas inflasi. Sehingga, para investor kelas menengah atas itu merasa skema Madoff masuk akal, tanpa menyadari mereka sedang masuk ke dalam jebakan skema Ponzi yang dibalut dengan kenecisan citra sang manajer investasi.

Karena itu, salah satu benteng pertahanan utama melawan godaan tawaran imbal hasil yang terlalu muluk adalah percaya kepada diri sendiri. Ini sesuai dengan ajaran suhu manajemen Seth Godin bahwa ketika kita dalam kondisi kesulitan keuangan, kita menganggap akan ada banyak orang yang menolong, padahal kenyataan pahitnya adalah tidak ada satu pun yang datang (no one is coming). Karena itu, beranilah berkata tidak kepada satu tawaran investasi meskipun itu datang dari teman dekat atau bahkan saudara sekalipun jika Anda merasa skema investasinya tidak masuk akal. Jangan sampai kasus Madoff terjadi kepada Anda.

Selain itu, ada tiga prinsip investasi yang harus Anda indahkan untuk terhindar dari perangkap investasi skema Ponzi. Pertama, imbal hasil yang tinggi pastilah terkait dengan risiko yang juga tinggi pula. Karena itulah, investasi yang menjanjikan imbal hasil pasti seperti tabungan, deposito maupun obligasi hanya menjanjikan bunga dan kupon yang kecil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun