Mohon tunggu...
Suyono Apol
Suyono Apol Mohon Tunggu... Insinyur - Wiraswasta

Membaca tanpa menulis ibarat makan tanpa produktif.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Opa Tjip dan Oma Rose Pasangan Ikon Kompasiana yang Kompatibel

9 Januari 2021   10:01 Diperbarui: 9 Januari 2021   15:22 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar kata Amerika Serikat, yang terbayang adalah Patung Liberty. Kalau Perancis, Menara Eiffel. Begitu juga apabila mendengar kata Kompasiana, saya langsung ingat Opa Tjip atau Tjiptadinata Effendi dan Oma Rose atau Roselina Tjiptadinata, pasangan suami istri penulis yang sangat aktif dan paling rajin sharing and connecting di Kompasiana.

Mereka menulis tiap hari untuk Kompasiana, merupakan sumber inspirasi, dan berada di etalase Kompasiana tapi tetap rendah hati, tidak enggan menyapa pendatang baru di Kompasiana. Saya pernah menulis tentang hal itu di sini. Jadi tidak berlebihan kalau mereka disebut sebagai Pasangan Ikon Kompasiana.

Mereka bukan hanya menginspirasi dan memotivasi para Kompasianer dalam hal tulis-menulis tapi juga memberikan keteladanan dalam hidup berkeluarga, berteman, berkomunitas, dan bermasyarakat. Mereka baru saja memperingati hari pernikahan mereka yang pada 2 Januari 2021 lalu memasuki tahun ke-56. Luar biasa.

Saya, bagaikan seekor katak di pinggir kolam yang mengagumi sepasang dolfin yang sedang bersukacita menjalani hidup di kolam yang sama, tentu tidak punya kedudukan untuk menganalisis dan menilainya tapi perkenankanlah saya menulis kekaguman dan keikutsukacitaan saya.

Mereka bisa tahan uji begitu lama dan kini tetap dalam keadaan rukun, harmonis, energetik, produktif, dan berbahagia. Apakah mereka masing-masing merupakan manusia ideal? Bukan. Membaca tulisan-tulisan mereka, mereka adalah manusia-manusia biasa yang memulai hidup pernikahan yang penuh tantangan dan cobaan dalam kondisi ekonomi yang belum melegakan. Bahkan pernah menghadapi kebangkrutan. Belum lagi pernah pula menjadi korban penipuan.

Mereka lolos melewati aneka rasa kehidupan, pahit, getir, asam, asin, dan berbagai pengalaman lainnya melalui perjuangan dan kegigihan bersama. Mereka tidak larut dalam kesusahan atau saling menyalahkan tapi mencari solusi dan mengatasinya bersama. Itulah kekuatan mereka, saling cinta dan respek.

Dulu, ketika saya masih ABG, membaca cerita silat dan menafsirkannya secara keliru, pernah berteori, kalau ada seseorang yang sempurna kebaikannya, ia akan cocok dengan siapa saja dari lawan jenis. Tidak menunggu lama, saya mendapati bahwa itu adalah teori konyol karena mengalami bagaimana ada saja lawan jenis yang dengan mudah memanfaatkan kebaikan yang naif.

Lalu, apakah diperlukan dua orang yang sempurna? Cari satu saja tidak ada, apa lagi sepasang. Yang diperlukan bukanlah sepasang manusia yang sempurna tapi yang kompatibel.

Jika ada sepasang burung Garuda dan sepasang burung Hong, mereka akan memilih pasangannya seperti itu, tidak mau dipertukarkan. Bukan karena Garuda lebih baik dari Hong atau sebaliknya, tapi karena Garuda kompatibel dengan Garuda, begitu pun untuk sepasang Hong.

Jangan heran apabila dalam cerita silat ada penjahat pria dan penjahat perempuan sama-sama jelek, jahat, licik, dan berbahaya tapi bisa hidup bersama, kompak, dan langgeng. Mengapa? Kompatibel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun